KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen pada semester II 2023 dinilai masih positif dengan adanya sejumlah sentimen pendukung. Salah satunya upaya pemerintah mengalokasikan Rp 422,7 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) untuk sektor infrastruktur. Jumlah tersebut naik dibandingkan dengan anggaran infrastruktur pada APBN 2023 sebesar Rp 392 triliun.
Di sisi lain, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) masih dalam level yang tetap 5,75%.
Baca Juga: Erick Thohir Ingin BUMN Tetap Setor Dividen Jumbo, Saham Ini Bisa Jadi Penyumbangnya Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Raditya Pradana mengatakan, sentimen tersebut seharusnya menjadi katalis positif bagi industri semen di semester II 2023. Menurut Raditya, permintaan semen diproyeksikan masih berkisar 3% - 5% di tahun ini, terutama karena ditopang oleh katalis pembangunan IKN. Namun
oversupply masih diperkirakan terjadi. Saat ini, pasar semen di Indonesia saat ini sedang dilanda kelebihan pasokan semen hingga 120 juta ton per tahun. “Sementara, permintaan hanya mencapai 60 juta sampai 65 juta ton per tahun,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (3/9).
Oversupply yang terjadi di industri semen saat ini menjadi pemberat kinerja emiten produsen semen di semester II 2023.
Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Raih Peringkat idAA+ Positif dari Pefindo “Tetapi, pertumbuhan kinerja masih bisa terjadi dengan adanya proyek kenaikan permintaan semen di kisaran 3% - 5% di tahun ini,” tuturnya. Raditya pun merekomendasikan beli untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) dan PT Semen Indonesia Tbk (
SMGR) dengan target harga masing-masing Rp 11.800 dan Rp 7.700 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli