Ada seruan boikot produk Home Depot, ini penyebabnya



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Di Amerika, ada seruan untuk memboikot pembelian produk Home Depot. Hal ini terjadi setelah salah satu pendirinya mengumumkan dukungannya untuk Presiden Trump dalam pemilu 2020.

Melansir Business Insider, dalam artikel opini hari Jumat di Fox News, salah satu pendiri Home Depot Bernie Marcus menjelaskan mengapa dia mendukung masa jabatan kedua untuk Presiden Trump dan mengapa orang Amerika lainnya harus melakukan hal yang sama. 

Setelah artikel tersebut muncul, banyak orang menggunakan Twitter untuk menyuarakan ketidaksetujuan mereka menggunakan tagar #boycotthomedepot.


Business Insider memberitakan, Marcus menyebabkan keributan serupa pada Juli 2019 ketika dia mengatakan berencana untuk menyumbang untuk pemilihan kembali Trump untuk pemilu 2020 dalam sebuah wawancara dengan Atlanta Journal-Constitution. Menyusul publikasi wawancara, tagar #boycotthomedepot pun langsung ramai di Twitter.

Baca Juga: Entah Trump Atau Biden yang Menjadi Pemenang Pilpres AS, Dollar AS Tetap Tertekan

Marcus, yang dilaporkan Forbes memiliki kekayaan senilai US$ 7,4 miliar, meninggalkan Home Dept pada tahun 2002. Akan tetapi, data dari Center for Responsive Politics menunjukkan, miliarder tersebut adalah megadonor terkenal untuk GOP dan menyumbangkan dana senilai US$ 7 juta kepada Trump selama kampanye 2016.

"Bernie pensiun dari The Home Depot sekitar 20 tahun lalu dan tidak berbicara atas nama perusahaan," kata juru bicara Home Depot kepada Business Insider. "Home Depot tidak memberikan uang untuk kampanye presiden atau mendukung calon presiden."

Baca Juga: Empat tahun Donald Trump di Gedung Putih, kekayaan 10 miliarder ini melambung

Menanggapi reaksi terbaru terhadap Home Depot di Twitter, beberapa orang menyuarakan dukungan untuk posisi Marcus. Yang lain mengkritik boikot dan mencatat bahwa reaksi terhadap Home Depot tidak pantas, mengingat Marcus telah pensiun pada tahun 2002.

Selanjutnya: Rekor baru pemilihan awal Pemilu AS lebih dari 80 juta orang

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie