KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan harga sejumlah aset kripto hanya sementara. Kondisi pasar masih belum menguntungkan bagi industri kripto. Mengutip Coinmarketcap pada Kamis (19/1) pukul 19.15 WIB, harga Bitcoin (BTC) sebagai aset kripto dengan kapitalisasi terbesar berada di level US$ 20.768. Harga itu telah melonjak 14% dalam seminggu, tapi turun 2,19% dalam 24 jam terakhir. Dalam rentang sepekan, Bitcoin sempat tembus level psikologisnya di US$ 21.000. CEO Triv Gabriel Rey mengatakan bahwa faktor risiko di pasar kripto masih cukup besar. Aset digital ini masih belum bisa dianggap prospektif apabila kenaikan suku bunga The Fed masih berlanjut.
Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve nampaknya masih dalam tren kenaikan suku bunga. Terlebih, kondisi ekonomi global tidak banyak berubah, di mana perang geopolitik masih berlangsung.
Baca Juga: Reli Panjang Berakhir, Pasar Kripto Masih Dibayangi Sejumlah Risiko Gabriel mencermati bahwa reli pasar kripto yang terjadi dalam sepekan ini merupakan sentimen dari fenomena
short squeeze. Singkatnya,
short squeeze merupakan kondisi yang terjadi karena sejumlah
short seller dipaksa keluar oleh sejumlah
trader.
Short sellers diliputi
fear of missing out (FOMO), sehingga menjual aset dengan terburu-buru agar tidak merugi. Salah satu momok ketakutan saat ini adalah risiko kenaikan suku bunga The Fed dan kabar bangkrutnya Genesis Global Capital. Perusahaan
lending kripto dan broker
exchange tersebut tengah berbincang kepada para krediturnya. Usut punya usut, ancaman kebangkrutan imbas dari keruntuhan bursa kripto FTX pada November 2022 silam sebagai bursa kripto terbesar di dunia.
Baca Juga: Indodax Rilis Fitur Bukti Bayar Pajak Bagi Trader Aset Kripto Indonesia Selanjutnya, kata Gabriel, keruntuhan Genesis bisa menciptakan efek domino terhadap bursa kripto besar lainnya seperti Gemini. "Jadi penguatan kripto cuma sementara, secara fundamental kondisi makro ekonomi tidak ada perubahan. Ini murni dari
shorts queeze," ujar Gabriel saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (19/1). Jika dilihat secara teknikal, indikator RSI pada Bitcoin menunjukkan
overbought yang mengindikasikan harga sudah terlalu panas dan akan turun ke bawah. Karena itu, Gabriel memperkirakan harga BTC akan
cooldown ke level US$ 18.500 dalam waktu dekat. Di pertengahan tahun ini, harga BTC diproyeksikan berkisar US$ 15.000-US$ 25.000.
Baca Juga: Bursa Kripto Coinbase Akan Menyetop Operasional di Jepang Sementara, Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar Christopher Tahir menilai bahwa penguatan harga aset kripto belakangan ini karena ekspektasi melambatnya laju inflasi yang bermuara pada potensi dana murah akan kembali. Tetapi, secara risiko tetap akan tinggi karena sentimen ketidakpastian global saat masih tinggi. "Risiko industri ini (kripto) sangat besar terutama risiko gagal diadopsinya," imbuh Christopher kepada Kontan.co.id, Kamis (19/1). Dia menilai, pasar kripto berpotensi terjadi aksi
profit taking untuk
trader jangka pendek, sehingga bisa menciptakan koreksi kembali. Harga Bitcoin diperkirakan bisa berada di level US$ 30.000, dengan asumsi bahwa The Fed menurunkan suku bunga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati