Ada Sinyal Perpecahan di Internal OPEC+, Harga Minyak Masih Stabil



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) masih bergerak tertekan di bawah level US$ 69 per barel. Isyarat Rusia untuk meningkatkan output di tengah keputusan OPEC+ untuk memperpanjang pemangkasan produksi selama tiga bulan memberikan sinyal bias terhadap harga minyak.

Research and Development ICDX, Yoga Girta menilai terdapat isyarat adanya perpecahan internal di internal OPEC+. Ini setelah Ketua Rusia Rosneft, Igor Sechin, yang merupakan produsen minyak terbesar dalam pernyataannya, Kamis (5/12) menyebutkan telah menginvestasikan $20 miliar untuk membangun fasilitas manufaktur di India.

Di sisi lain, OPEC dan sekutunya pada hari yang sama mengumumkan secara resmi untuk menunda selama tiga bulan rencana peningkatan produksi minyak sebesar 180.000 bph yang awalnya dijadwalkan pada awal Januari menjadi April 2025.


OPEC+ melihat bahwa penundaan itu akan memberikan waktu untuk menilai dampak pasca Presiden Trump resmi menjabat pada bulan Januari. Sebelumnya Trump mengisyaratkan akan mengenakan sanksi minyak yang lebih banyak dan lebih besar terhadap Iran dan Venezuela.

Baca Juga: Harga Minyak Melemah di Pagi Ini, Terseret Kekhawatiran Permintaan yang Lemah

Selain itu, kelompok aliansi juga sepakat memperpanjang pemangkasan produksi sukarela sebesar 2,2 juta bph hingga akhir Maret 2025.

"Meski demikian, eskalasi konflik di Suriah berpotensi menjadi katalis positif untuk mengangkat harga kembali naik," tulisnya dalam riset, Jumat (6/12).

Dari Timur Tengah, kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil merebut kota Hama pada Kamis (5/12) dan bersiap untuk bergerak ke selatan menuju kota Homs. Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein dijadwalkan bertemu dengan mitranya dari Suriah dan Iran pada Jumat (6/12) untuk membahas situasi di Suriah.

"Sinyal eskalasi konflik di Suriah itu berisiko mengganggu stabilitas wilayah yang lebih luas di kawasan regional," terangnya.

Secara teknikal, Yoga melihat harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 70 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 66 per barel.

Pada Jumat (6/12) pukul 12.36 WIB, harga minyak berada di US$ 68,30, cenderung datar dengan kenaikan 0,01% dalam 24 jam terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari