KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mengungkapkan adanya aktivitas impor bijih nikel dari Filipina oleh perusahaan smelter di Sulawesi Tenggara. Praktik impor ini diduga karena adanya kekurangan pasokan bahan baku dari dalam negeri. Menanggapi hal ini, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia membantah pasokan bijih nikel dalam negeri tidak mencukupi.
"Saya
gak yakin terjadi kekurangan pasokan, orang kan membangun smelter di Indonesia itu kan dia mempunyai (juga) tambang di beberapa negara," kata Bahlil kepada awak media di Jakarta, Selasa (29/8).
Baca Juga: Menakar Prospek Industri Nikel dan Tembaga di Tengah Krisis Properti China Bahlil menjelaskan, secara geografis, lokasi smelter di wilayah Sulawesi lokasinya pun memang tidak jauh dari Filipina. Menurutnya, Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia tentunya mampu untuk memenuhi kebutuhan smelter dalam negeri. "(Impor) itu cuma persoalan praktik bisnis biasa," terang Bahlil. Sebelumnya, kabar impor bijih nikel dari Filipina ini diungkapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). "Ada isu nikel yang diimpor dari Filipina karena smelter kekurangan bahan (baku),” ujar Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (minerba) Kementerian ESDM, Muhammad Wafid ketika ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (28/8).
Baca Juga: Kementerian ESDM Ungkap Ada Impor Bijih Nikel dari FIlipina ke Sulawesi Tenggara Namun, setelah Kementerian ESDM mengecek input nikel yang dibutuhkan pada seluruh Rencana Keuangan dan Anggaran Biaya (RKAB) yang sudah ada dan disetujui, hasilnya menunjukkan pasokan bijih nikel masih mencukupi untuk smelter dalam negeri. “Jadi sebenarnya tidak ada kekurangan di Sultra, jadi terpaksa harus impor mungkin karena (masalah) hal lain ya,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .