KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2020 tercatat membaik dengan angka -3,49% yoy, dari yang sebelumnya terkontraksi 5,32% yoy. Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho memprediksi di kuartal IV-2020 apabila ekonomi dalam negeri semakin membaik, maka angka pertumbuhan ekonomi di periode tersebut bisa mencapai angka optimistis 1% yoy. Namun, bila dilihat lebih rinci lagi, yang perlu diperhatikan adalah faktor pendorong pemulihan ekonomi. Pasalnya hingga kuartal III-2020 pemulihan ekonomi lebih didorong oleh belanja pemerintah dan net ekspor, sedangkan daya beli dan investasi masih lemah.
"Dari segi volume, sektor resto dan hotel masih rendah. Dari segi nominal juga masih negatif. Jadi dari harga juga belum menunjukkan tanda-tanda pulih dari resesi ekonomi," jelas Luthfi webinar yang diadakan Indonesia Investment Education (IIE) bertajuk Speedy Recovery, Sabtu (7/11). Salah satu penyebab rendahnya daya beli adalah adanya fenomena liquidity trap. Sebuah kondisi di mana tingginya kegiatan menabung (saving) namun kredit tidak berjalan. Luthfi mengatakan saat ini jumlah uang tersimpan di Bank Indonesia (BI) mencapai angka Rp 1.000 triliun. Dus diperlukan kebijakan yang bisa membuat aliran dana ini keluar ke sektor riil. Baca Juga: Kata analis terkait aksi net buy asing di BEI dengan nilai jumbo sepekan terakhir Chief Marketing Officer Jarvis Asset Management Kartika Sutandi menambahkan pemulihan ekonomi bakal lebih terasa pada IHSG apabila adanya aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri. Katalis pendorongnya antara lain terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS, lolosnya stimulus fiskal AS serta rebalancing MSCI. "Dari flow ini kan tergantung, saat ini investor sedang pricing Joe Biden terpilih, kemudian ada MSCI rebalancing, setelah itu baru asing masuk," jelas Kartika.