Ada tiga masalah utama krisis perumahan Indonesia



JAKARTA. Anggota Komisi V DPR RI Yoseph Umarhadi mengatakan, dalam 20 tahun ke depan atau tahun 2033 backlog perumahan akan menjadi 30,2 juta.

Backlog perumahan bertambah sekitar 600.000 setiap tahunnya dengan gambaran kemampuan penyediaan rumah per tahun sebesar 200.000. Sedangkan kebutuhan rumah per tahunnya sebanyak 800.000 unit.

“Butuh 360.000 hektare untuk landed houses dan 72.000 hektare untuk rumah susun,” ujar Yoseph, Rabu (25/9/2013).


Secara umum, ada tiga masalah utama terkait krisis perumahan di Indonesia. Pertama kemampuan daya beli, ketersediaan lahan, dan tingginya harga properti.

Yoseph mengatakan, harus disadari bahwa negara kita berada dalam masa darurat tata ruang yang sampai sekarang belum selesai. Padahal, tata ruang merupakan basis bagi pembangunan termasuk untuk perumahan.

“Kalau tata ruang belum jelas sampai ke pengaturan zonasi, maka mana mungkin bisa membangun perumahan yang layak huni," ungkap Yoseph.

Yoseph mengatakan, Indonesia sedang krisis darurat mengenai tata ruang dan wilayah permukiman. Pasalnya baru 49 persen Peraturan Daerah yang memasukkan mengenai tata ruang, atau baru ada 18 provinsi. Selain darurat tata ruang, saat ini Indonesia juga mengalami darurat air dan darurat perumahan.

"Kemampuan keuangan negara untuk perumahan hanya Rp 6 triliun tiap tahun dan tidak terserap dengan baik," ungkap Yoseph. (Tribunnews)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan