Ada udang di balik penjualan BTEL?



JAKARTA. Aksi penjualan saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) oleh PT Bakrie and Brothers Tbk (Bakrie) senilai Rp 1,46 triliun di akhir tahun lalu masih belum jelas realisasinya hingga kini.

Dalam publikasi kinerja keuangan Bakrie pada kuartal I- tahun ini, penjualan sebanyak 4,3 miliar saham BTEL ke Mount Charlotte Holding Ltd tersebut masih dicatat dalam kolom piutang. Artinya, dana penjualan saham BTEL itu belum masuk ke kas Bakrie, meskipun transaksi tersebut sudah dilakukan sejak enam bulan lalu.

Manajemen Bakrie menjelaskan dalam laporan keuangannya bahwa pembayaran piutang itu akan terlaksana paling lambat pada akhir tahun ini. Namun, pengelola Bakrie memilih bungkam menjelaskan lebih lanjut penyebab belum terbayarnya piutang tersebut. "Lebih baik saya tidak menanggapi hal itu," ujar Eddy Soeparno, Direktur Keuangan Bakrie and Brothers kepada KONTAN, Ahad (8/7).


Eddy juga enggan menjelaskan adakah saham BTEL yang dijual itu berstatus gadai atau tidak. Yang jelas, penjualan ini membuat penguasaan Bakrie atas saham BTEL menjadi tinggal 29,95%.

Sedikit kilas balik, penjualan saham BTEL ini menjadi rangkaian upaya Bakrie mempercantik kinerja keuangannya, demi membidik membidik kuasi reorganisasi, akhir tahun lalu. Selain saham BTEL, Bakrie juga melepas kepemilikan sahamnya di PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP).

Penjualan BTEL tercatat sebagai penjualan yang paling menguntungkan karena saham itu dijual seharga Rp 340 per saham. Padahal, ketika itu, kisaran saham BTEL cuma Rp 265 per saham. Selain itu, penjualan BTEL juga mengurangi beban Bakrie mengingat BTEL memiliki utang besar yang memberatkan laporan keuangan konsolidasi Bakrie.

Tak pelak, setelah aksi melepas saham BTEL, rapor Bakrie menjadi biru. Perolehan laba Bakrie tahun lalu mencapai Rp 86,38 miliar. Bandingkan dengan tahun sebelumnya, Bakrie menderita kerugian Rp 7,64 triliun.

Janson Nasrial, analis AM Capital, berpendapat, aturan akuntansi mengizinkan pencatatan transaksi yang belum terealisasi. "Tapi, Bakrie harus mengungkap apakah Mount Charlotte pihak yang terafiliasi atau bukan," katanya.

Menurutnya, agak mustahil ada instansi yang mau membeli saham di harga semahal itu jika bukan pihak terafiliasi. Ketidaktransparanan transaksi ini akan membuat perspektif investor semakin negatif terhadap emiten grup Bakrie.

Janson pesimistis, Bakrie mampu mengulang kinerja di tahun lalu, yaitu mencetak laba tahun ini. Ia merujuk ke kinerja PT Bumi Resources Tbk (BUMI), anak usaha Bakrie, yang kini terpuruk. "Cash flow mereka sudah negatif saat ini," ujar Janson.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri