Ada wacana DMO, emiten batubara bisa diversifikasi



KONTAN.CO.ID - Pemerintah berencana membuat aturan khusus terkait harga batubara dalam negeri atau dikenal dengan domestic market obligation (DMO). Sentimen ini direspon negatif oleh pelaku pasar pada perdagangan Rabu (13/9).

Beberapa harga saham emiten batubara pada penutupan perdagangan Rabu (13/9) merosot. Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) misalnya, turun 17,25% ke harga Rp 10.075 per saham. Beriringan, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga turun 8,04% ke harga Rp 1.715 per saham.

Selasa (12/9) Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy N Sommeng sempat mengemukakan usulan PLN agar ada harga batubara DMO khusus untuk PLN. Rumusnya, harga batubara ditetapkan sebesar biaya produksi plus 15%-25% margin. Hal ini diharapkan bisa membuat harga batubara lebih efisien.


Analis OSO Sekuritas, Riska Afriani melihat isu ini menjadi sentimen negatif bagi saham emiten batubara. Pelaku pasar menurutnya khawatir bahwa penyesuaian harga batubara dalam negeri tersebut nantinya akan berdampak kurang baik pada bisnis produsen batubara.

Senada, Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman melihat pelaku pasar khawatir dengan adanya mekanisme intervensi pemerintah lewat batas atas harga batubara dalam negeri. Asumsi mereka bahwa perusahaan batubara tak bisa memanfaatkan keuntungan yang optimal ketika harga batubara naik.

Meski demikian, Norico melihat bahwa kebijakan DMO nantinya akan menguntungkan perusahaan batubara. Pasalnya, dengan aturan khusus nantinya, perusahaan batubara berpeluang besar untuk mendapatkan kepastian kontrak pembelian batubara jangka panjang dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Namun, Baik Riska maupun Norico sepakat bahwa perusahaan batubara masih bisa menetralisir kebijakan tersebut dengan diversifikasi usaha. Emiten batubara diharapkan dapat mengandalkan lini bisnis lain, seperti lini engineering, serta sektor energi lain seperti minyak dan PLTU milik sendiri.

Emiten dapat pula membuka kantong-kantong penjualan di negara lain. “Perusahaan harus pasang mindset untuk ekspor juga, jadi pendapatan tak satu kantong,” ujar Riska, Rabu (13/9).

Adapun menurut Riska, saat ini emiten yang telah melakukan diversifikasi adalah ADRO, ITMG, dan PTRO. ADRO misalnya, tak hanya mengandalkan pasar dalam negeri, tetapi juga menjual batubara ke China dan India. Sama, ITMG juga menarik karena fokus pada pasar ekspornya. Sedangkan PTRO menurut Riska menarik dengan diversifikasi lini bisnis ke engineering.

Riska merekomendasikan buy on weakness untuk saham-saham sektor pertambangan batubara. Adapun beberapa saham yang menurutnya masih bisa dikoleksi adalah ADRO dengan rentang harga Rp 1.500-Rp 1.700, ITMG dengan kisaran harga Rp 17.500-Rp 18.000, PTRO tunggu masuk di level Rp 1.050.

Sementara itu, untuk saat ini, Norico menyebut ADRO dan ITMG masih layak dikoleksi untuk investasi ke depan. Kedua emiten ini memiliki pembangkit listrik sendiri sebagai diversifikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati