Ada wacana PPKM Darurat diperpanjang, ketahanan industri TPT sudah capai batas krisis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Rencana perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat diproyeksikan akan semakin memperburuk cash flow industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Maklumlah, PPKM Darurat yang berjalan 3-20 Juli saja telah menggerus sebagian modal kerja para pengusaha TPT karena pengeluaran yang tidak seimbang dengan pemasukan mereka.

"Ini sudah pada batas kritis, bahkan sebelum PPKM kan sudah ada kesulitan bayar cicilan bank. Kalau (PPKM) diperpanjang akan lebih banyak perusahaan yang kesulitan cash flow. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada yang akan tutup permanen," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta kepada Kontan.co.id, Selasa (20/7).

Redma mengungkapkan, saat ini anggotanya tengah melakukan perhitungan untuk menghentikan sebagian mesin produksi mereka. Hal itu dianggap perlu dilakukan karena stok barang yang diproduksi sudah melebihi batas normal, namun tidak diimbangi dengan penyerapan dari industri hilir. 


"Ini anggota kami sedang berhitung untuk stop sebagian mesin produksi, karena stok-nya sudah lebih di atas normal, sementara penyerapan dari industri hilir juga kan terkendala," ungkapnya. 

Baca Juga: API desak pemerintah segera terapkan safeguard produk garmen impor

Dia menjelaskan, terhambatnya penyerapan dari industri hilir adalah karena tidak sedikit dari pelaku usaha yang bukan termasuk sektor esensial. Sehingga kegiatan operasional pun kian terbatas. 

"Bahkan yang dapat izin esensial pun interpretasi penerapan aturan di lapangan berbeda, jadi mereka harus kerja dengan 17% tenaga kerja per-shift. Di mana, per shift kan kerja 33%, harus dipotong setengah lagi," jelasnya. 

Berdasarkan pantauan APSyFI, kapasitas produksi di industri hulu telah menyusut sekitar 10%-15%. Sementara itu di industri hilir saat ini sudah berkurang hingga 30%. Redma bilang, apabila PPKM darurat ini berkepanjangan, bukan tidak mungkin kapasitas produksi kedua sektor bisa merosot lagi hingga 60%. 

Belum lagi, terang Redma, tekanan pun hadir dari maraknya produk impor murah yang masih terus membanjiri pasar domestik. Sehingga pemasukan para pelaku usaha kian tergerus, tak hanya oleh kondisi pandemi tapi juga persaingan dengan produk impor.

"Di sisi lain belum ada stimulus riil yang diberikan pemerintah bagi industri TPT," terangnya. 

Sehingga dia memperkirakan pertumbuhan industri TPT di tahun ini akan terkoreksi akibat tekanan di pasar domestik maupun ekspor. 

"Maka koreksi yang terdekat adalah menurunkan utilisasi," bebernya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Rizal Tanzil Rakhman juga bilang, PPKM Darurat yang tengah berjalan dan juga rencana perpanjangannya akan berdampak berat terhadap para pelaku TPT karena pembatasan jumlah karyawan yang bekerja sehingga menurunkan tingkat utilisasi. 

"Jika ini diperpanjang dan pandemi belum usai, kedepan akan makin sulit," tutup Rizal. 

Selanjutnya: Utilisasi industri TPT disebut makin terkikis dihantam importasi pakaian jadi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi