Ada yang Blue Chip, Inilah Saham Murah di IDX Value30 untuk Investasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah harga saham di IDX Value30 di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan. Analis melihat sejumlah saham di IDX Value30 tersebut memiliki karakteristik blue chip dan valuasi harga murah sehingga bisa dipertimbangkan untuk investasi.

Indeks Value30 adalah Indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang memiliki valuasi harga yang rendah dengan likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik. Sedangkan saham blue chip adalah saham lapis satu yang memiliki fundamental kuat, kapitalisasi pasar besar dan telah berpengalaman di lantai bursa. 
Indeks saham IDX Value30 terjun paling dalam dengan penurunan 1,15% pada perdagangan Selasa (9/7). Performa IDX Value30 melambat usai menanjak 3,75% pada pekan lalu. Naik paling tinggi ketimbang indeks saham lainnya.

Secara year to date (ytd), indeks yang identik dengan saham bervaluasi murah ini masih menjadi salah satu yang paling unggul dengan kenaikan 2,25%. IDX Value30 sendiri merupakan indeks yang mengukur kinerja dari 30 saham yang memiliki valuasi harga yang rendah, dengan likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.


Analis Stocknow.id, Sinta Dwi Untari mengamati volatilitas yang sempat menerpa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuat investor lebih selektif dalam memilih aset investasi. Dalam kondisi pasar yang berfluktuasi kencang, saham-saham dengan valuasi yang relatif murah menjadi pilihan menarik bagi investor.

Daya tariknya adalah potensi upside yang lebih besar ketika kondisi pasar kembali stabil. "Sentimen ini mendorong peningkatan saham-saham undervalued yang tergabung dalam IDX Value30, sehingga memperkuat kinerja indeks tersebut," kata Sinta kepada Kontan.co.id, Selasa (9/7).

Melihat komposisi konstituen IDX Value30,  pergerakan harga komoditas global baik energi maupun barang baku akan menjadi katalis penting bagi pergerakan indeks ini. Sinta menaksir prospek di semester II-2024 masih akan positif, meski di bayang-bayangi oleh potensi stagnasi akibat profit taking.

"Investor perlu waspada terhadap potensi koreksi pasar dan mempertimbangkan strategi diversifikasi untuk mengelola risiko yang mungkin timbul akibat aksi taking profit," imbuh Sinta.

CEO Pinnacle Persada Investama, Guntur Putra punya pandangan serupa, dimana IDX Value30 mencetak performa yang cukup stabil menghadapi fluktuasi pasar belakangan ini. "Preferensi investor terhadap saham-saham dengan valuasi masih relatif murah di tengah volatilitas pasar yang tinggi," tutur Guntur.

Jika masih ingin melirik saham-saham di IDX Value30, Guntur menyarankan untuk tetap melakukan evaluasi. Pertimbangannya adalah siklus pasar dapat berubah serta seringkali faktor valuasi tidak selalu bekerja di setiap periode pasar.

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto sepakat, investor perlu cermat dalam memilah saham-saham yang dinilai punya valuasi murah. Sebab, daya tarik dan tren harga saham tidak hanya ditentukan oleh faktor valuasi semata.

Pergerakan harga saham akan turut ditentukan oleh berbagai faktor, seperti momentum teknikal, sentimen sektoral, serta rilis kinerja keuangan emiten tersebut. Oleh sebab itu, tak sedikit saham-saham yang dinilai undervalued namun harga sahamnya cenderung stagnan atau hanya menanjak terbatas.

"Valuasi itu sendiri sifatnya preferensi masing-masing orang. Saham-saham tersebut jadi pilihan pelaku pasar lebih karena momentumnya lagi rebound, maka peminatnya jadi banyak, dan momentum itu banyak sekali bentuknya," terang William.

Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni mengamini, investor tetap harus selektif dalam memilih saham-saham bervaluasi murah, termasuk yang menjadi konstituen IDX Value30. Meski secara indeks, Agung melihat potensi IDX Value30 masih bisa memimpin dibandingkan performa indeks saham lainnya.

Agung mengingatkan, sentimen eksternal juga memegang peranan penting, seperti data-data ekonomi, ekspektasi terhadap sikap less hawkish bank sentral, serta kembalinya capital inflow. "Ini membuat tingkat risk-apettite investor membaik atau risk tolerance meningkat. Dengan begitu saham-saham large caps atau yang memiliki valuasi murah cenderung diborong," terang Agung.

Di antara konstituen IDX Value30, Agung menyodorkan saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) yang masih menarik untuk dikoleksi.

 
PGAS Chart by TradingView

Saham BBTN dan PGAS adalah saham-saham yang menjadi penghuni Indeks LQ45. Biasanya, saham di indeks LQ45 adalah saham blue chip.

William menyarankan trading buy JSMR, PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Panin Financial Tbk (PNLF). Cermati peluang buy on weakness BSDE, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Kemudian pertimbangkan taking profit pada PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).

Sedangkan Sinta menyematkan rekomendasi buy pada saham PGAS (support Rp 1.515 dan resistance Rp 1.700) serta ADRO (support Rp 2.890 dan resistance di Rp 3.100). Saham lain yang dinilai undervalued dan layak dikoleksi adalah BBTN dan ASII.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto