Ada yang janggal dengan penjualan tiket online KAI



JAKARTA. Penjualan tiket kereta api untuk mudik Lebaran tahun 2014 ini sudah mulai dibuka menjelang akhir April lalu. Tapi, hanya berselang beberapa menit setelah dibuka, tiket kereta api dengan tujuan beberapa kota besar di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah langsung habis.Curiga dengan kondisi tersebut, Paguyuban Masyarakat Pengguna Kereta Api (PPMKA) mencoba melakukan pelacakan. Pelacakan ini, khususnya mereka lakukan terhadap data transaksi pembelian tiket kereta api secara online untuk keberangkatan 28 Juli 2014 atau H-1 menjelang lebaran dari situs resmi PT Kereta Api Indonesia (KAI).Dari hasil pelacakan tersebut Joko Widiyanto, Sekretaris PPMKA menemukan beberapa kejanggalan. Antara lain, untuk jumlah tiket kereta api Brantas. Pada pukul 00.08, atau delapan menit setelah tiket keberangkatan KA Brantas untuk keberangkatan 28 Juli dibuka, pada website PT KAI, jumlah tiket untuk kereta tersebut sudah dinyatakan habis.Tapi saat dicek kembali, pada jam 00. 24 di hari yang sama jumlah tiket KA Brantas yang tersedia ternyata masih tersisa 38 kursi. Permasalahan yang sama juga terjadi pada KA Krakatau. Di website KA, pada pukul 00.27 jumlah tiket keberangkatan KA Krakatau untuk subclass P tanggal 28 Juli masih tersisa 78 kursi. Padahal tiga menit sebelumnya, jumlah tiket untuk keberangkatan yang sama hanya tersisa 23 kursi saja.Joko menilai, ada yang tidak beres dengan perubahan data ketersediaan tiket yang hanya terjadi dalam hitungan menit saja. Oleh karena itulah, dia meminta agar PT KAI transparan dalam melayani kebutuhan tiket masyarakat menjelang lebaran. "Jika disebabkan adanya pembatalan, tidak mungkin sebab mekanisme pembatalan harus dilakukan di loket stasiun yang online, sementara pada jam tersebut belum ada loket yang buka," kata Joko dalam sebuah pernyataan yang diterima KONTAN baru- baru ini.

Sementara itu Sugeng Priyono, Humas PT KAI membantah tuduhan ketidakberesan yang dituduhkan oleh PPMKA tersebut. Apalagi, kalau ketidakberesan yang dituduhkan tersebut menyangkut keberadaan calo dan pemberian layanan istimewa kepada sejumlah perusahaan yang melaksanakan program mudik bersama karyawan mereka.Sugeng mengatakan, permasalahan lebih disebabkan oleh masalah teknis. "Jumlah tiket kereta api itu terbatas, yang memperebutkan sembilan sampai sepuluh juta, dan waktunya bersamaan, dari sisi sistem kami memang kewalahan, dan itu penyebabnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie