Adakah pengobatan yang ampuh bagi pasien terinfeksi virus corona?



KONTAN.CO.ID - Jakarta. Meski pun sebagian besar orang yang terinfeksi virus corona dan tidak menunjukkan gejala bisa dirawat di rumah, namun para tenaga medis di dunia berlomba menemukan obat untuk mengobati penyakit ini. Pada pasien dengan penyakit penyerta, infeksi virus corona bisa berakibat fatal.

Itu sebabnya ratusan penelitian di berbagai negara dilakukan untuk memastikan apakah pengobatan yang efektif mengatasi infeksi virus corona. Namun, hingga kini belum ada obat yang benar-benar efektif dalam menangani virus corona tersebut.

"Seiring waktu, semua dokter belajar banyak tentang penyakit ini, dan kemampuan kita merawat pasien menjadi lebih baik dibanding awal pandemi," kata dokter paru dan perawatan kritis Lokesh Venkateshaiah, MD.


Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang pernah dicoba untuk mengatasi infeksi virus corona baru.

1. Remdesivir

Remdesivir, obat pertama yang disetujui Food and Drug Administration (FDA) sebagai pengobatan untuk infeksi virus corona masih dipertanyakan keampuhannya. Ini adalah obat antivirus yang diberikan melalui infus kepada pasien berusia di atas 12 tahun yang dirawat di rumah sakit karena masalah pernapasan terkait Covid-19.

Remdesivir sering diberikan bersamaan dengan steroid deksametason. "Pasien rawat inap yang memiliki tingkat saturasi oksigen kurang dari 93 persen atau kebutuhan oksigen tambahan baru adalah mereka yang paling diuntungkan dari pengobatan ini," kata Venkateshaiah.

Pada studi awal, pasien infeksi virus corona yang memenuhi kriteria dan mendapat remdesivir memiliki waktu rawat inap lebih singkat di rumah sakit, dan ada anggapan obat itu memperkecil kematian. Namun, studi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menunjukkan hasil yang luar biasa.

Baca juga: Lelang mobil dinas Nissan X-Trail, 2 unit, harga mulai Rp 55-an juta

2. Terapi plasma konvalesen

Terapi plasma konvalesen adalah "meminjam" antibodi (protein yang dibuat sistem kekebalan untuk melawan infeksi) dari seseorang yang sembuh dari virus dan memberikannya kepada mereka yang terinfeksi Covid-19. Terapi ini sudah diterapkan untuk banyak penyakit berbeda selama satu abad terakhir.

"Pasien yang sembuh dari infeksi mungkin punya respon antibodi terhadap infeksi dengan cara lebih baik," ucap Venkateshaiah. Namun, belum diketahui apakah terapi itu efektif membantu orang untuk pulih atau tidak dari virus corona.

Beberapa uji klinis kecil dilakukan, hanya saja terdapat kekurangan data yang dapat diandalkan dari uji coba terkontrol secara acak untuk membuktikan tingkat keefektifan terapi tersebut.

Editor: Adi Wikanto