Adanya pandemi covid-19, pendapatan maskapai lenyap hingga Rp 2 triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah resmi menerapkan aturan larangan mudik lebaran mulai 24 April 2020 kemarin. Akibatnya sejumlah lini bisnis terancam tak dapat beroperasi untuk sementara waktu seperti yang dialami industri transportasi udara.

Sebelum adanya larangan mudik sektor penerbangan juga telah lebih dulu mengalami penurunan pendapatan yang tertekan selama virus Corona mewabah di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carriers Association/INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan, maskapai di Indonesia telah kehilangan pendapatan di atas Rp 2 triliun untuk pasar penerbangan lokal dan internasional.


Baca Juga: Pendapatan terjun bebas, 135.000 karyawan Airbus terancam PHK

"Total kerugian kita mencapai US$ 812 juta untuk market domestik dalam 3 bulan terakhir. Lalu, US$ 749 juta untuk market internasional. Rp 1 triliun untuk market internasional dan Rp 1,2 triliun untuk domestik," jelas Denon saat dihubungi kepada kontan.co.id, Senin (27/4).

Denon juga mencatatkan adanya penurunan penumpang internasional sebanyak 45% selama 4 bulan pertama tahun 2020 dibanding tahun sebelumnya. Sementara penumpang domestik turun 44%.

Jumlah penumpang itu diakumulasikan pada empat bandara besar di Indonesia. Mulai dari Bandara Kualanamu Medan, Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Bandara Juanda Surabaya, dan Bandara Ngurah Rai Bali.

"Penurunan penumpang internasional ada 45% pada empat bulan awal tahun ini. Jumlahnya kami akumulasi pada empat bandara utama di Indonesia. Untuk domestik ada penurunan 44%," kata Denon.

Baca Juga: Mudik dilarang, penumpang Citilink diprediksi anjlok hingga 70%

Denon menjelaskan, pihaknya sejak awal tahun pihaknya sudah mulai merasakan jatuh bangun karena virus Corona, pasalnya saat itu penerbangan dari China dan Arab Saudi sudah ditutup.

Pihaknya mengandalkan turis domestik, namun naas virus Corona keburu sampai di Indonesia dan membuat orang tidak mau berpergian.

"Semenjak Januari dan Februari di mana saat sudah ada pemberhentian penerbangan China dan Saudi Arabia di situlah mulai kami kesulitan. Maret kami harapkan dari domestik ternyata declined juga, virus masuk, orang nggak mau naik pesawat," ungkap Denon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto