BANJARMASIN. Perusahaan batu bara PT Adaro Indonesia Kalimantan Selatan melalui anak perusahaannya, Adara Persada Mandiri (APM) membangun kawasan pergudangan terintegrasi di lahan seluas 150 hektare. Kepala Kawasan Pergudangan atau disebut Regional Integrated and Support Area (RISA) Benidictus Aryudi Oktavian di Balangan Senin, mengatakan dibangunnya RISA bertujuan mengintegrasikan "workshop" dan pergudangan bagi perusahaan di daerah. RISA, kata dia, akan memudahkan perusahaan yang menjadi kontraktor PT Adaro Indonesia, sehingga meningkatkan efektivitas kerja dan memudahkan aktivitas operasional perusahaan.
"Keberadaan RISA ini tidak hanya melayani kebutuhan pergudangan kontraktor PT Adaro Indonesia, tapi juga dapat mengakomodir keperluan tambang lain yang membutuhkan kawasan pergudangan yang standar dengan pengelolaan lingkungan hidup," katanya. Menurut dia, RISA memiliki beberapa keuntungan dan keunggulan antara lain "water treatment plant" (WTP) sebagai pengolah air untuk kemudian dialirkan ke masing-masing penyewa. Selain itu, tambah Beni, sedang merencanakan kerja sama dengan PLN untuk penyediaan listrik, serta PT Telkom Indonesia dan Telkomsel untuk jaringan telepon dan internet. Di area tersebut, juga telah disiapkan infrastruktur pendukung, seperti drainase, penerangan jalan, dan penghijauan. "Kami harapkan keberadaan RISA akan mendatangkan manfaat baru bagi Kabupaten Balangan, karena akan menjadi salah satu perusahaan objek pajak yang akan berkontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik melalui retribusi pajak dan nonpajak," katanya. Tidak hanya itu, investasi RISA di Balangan, menunjukkan indikator positif bagi daerah ini sebagai daerah tujuan investasi yang kondusif bagi investor, sedangkan bagi SDM Balangan, RISA akan ditempati oleh banyak perusahaan, dapat mengakomodir para pelajar yang ingin magang. "Nanti di sini bisa jadi tempat magang para pelajar Balangan, selain lengkapnya peralatan yang tersedia, kita juga bisa memanfaatkan para instruktur," katanya. Selain itu, dengan bergabungnya perusahaan-perusahaan level nasional dalam kawasan ini, akan membuka kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekitar. Kawasan terpadu RISA merupakan yang pertama terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan untuk kawasan sejenis. Dengan terpadunya berbagai perusahaan kontraktor tambang di satu lokasi, memudahkan fungsi pengawasan dan kontrol aspek perizinan, maupun aspek lingkungan dari pemerintah. "Yang terpenting akan turut membantu PT Adaro Indonesia dalam berkontribusi untuk pembangunan dan kesejahteraan di Kabupaten Balangan, baik melalui program CSR, maupun program sosial yang langsung bersentuhan dengan masyarakat sekitar," katanya. Tujuh perusahaan RISA beroperasi sejak Juni 2015, dan tujuh perusahaan telah memanfaatkannya. Menurut Beni, ketujuh perusahaan yang beroperasi di kawasan tersebut yaitu PT Sapta Indra Sejati (SIS), PT United Tractor (UT), PT Hexindo Adiperkasa, PT Trakindo Utama, PT Verdanco Engineering, PT Hidup Baru serta PT Yerry Primatama. Ketujuh perusahaan tersebut menempati 44 hektarei lahan RISA. PT APM masih akan melakukan kegiatan marketing untuk pembangunan RISA tahap kedua. Dari tujuh perusahaan tersebut, mun yang sudah beroperasi secara penuh adalah PT Trakindo Utama, dan yang hampir selesai berbenah adalah PT United Tractor (UT). Hal ini lanjut Beny, merupakan dampak dari kurang stabilnya harga batu bara di pasaran, sehingga dengan kebijakan efisiensi, kemungkinan banyak perusahaan yang masih menunda pelaksanaan workshop di kawasan RISA tersebut. "Untuk bisa menempati kawasan RISA, perusahaan tidak hanya bakal mengeluarkan biaya ratusn juta, tetapi miliaran, karena investasinya untuk jangka waktu 20 tahun," katanya.
Jadi dengan alasan efisiensi, masing-masing perusahaan, sehingga ada kemungkinan sebagian perusahaan masih menunda pengoperasian workshop mereka di RISA. RISA telah melaksanakan pembangunan RISA tahap kedua, dengan membuka lahan pergudangan yang berukuran lebih kecil, dengan kapasitas hingga 10 alat berat. "Kita juga sedang menyiapkan kavling baru yang berukuran kecil, dengan harga lebih murah. Karena jika perusahaan harus menyewa lahan dengan ukuran besar dengan kebutuhan lahan sedikit, tentunya akan jadi hal yang berat bagi mereka, bahkan bisa jadi pemborosan biaya," ungkap Beny. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan