KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Adaro memperkuat portofolio bisnis di bidang energi terbarukan. Lewat PT Adaro Clean Energy Indonesia (Adaro Green), Grup Adaro berencana membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Provinsi Kepulauan Riau. Presiden Direktur PT Adaro Power, Dharma Djojonegoro mengatakan, PLTS tersebut nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi baru dan terbarukan (EBT) di dalam negeri maupun kawasan regional. Siangkatnya, Adaro nanti akan menjadi independent power producer (IPP) dengan PLTS itu. Dharma tidak merinci seperti apa perencanaan jadwal proyek maupun detail jumlah kapasitas PLTS yang direncanakan terpasang.
Baca Juga: Ramai-Ramai Mencuil Peluang Bisnis di Energi Baru Terbarukan “Sesuai arahan pemerintah, kami akan mempergunakan
demand yang tinggi dari Singapura untuk EBT yang tidak intermiten dengan membangun industri rantai pasok solar PV,” kata Dharma kepada Kontan.co.id, Minggu (19/3). Sebelumnya, Adaro Green, PT Medco Power Indonesia (Medco Power), dan PT Energi Baru TBS (Energi Baru) telah menandatangani nota kesepahaman pengembangan energi terbarukan (EBT) serta rantai pasok Solar Photovoltaic (PV) dan Sistem Penyimpanan Energi Baterai (SPEB) di Indonesia dengan beberapa pabrikan manufaktur PV dan baterai (OEM/Original Equipment Manufacturer) pada Kamis (16/3). Pabrikan-pabrikan tersebut antara lain PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, LONGi Solar Technology Co., Ltd, Jiangsu Seraphim Solar System Co., Ltd, Znshine PV-Tech Co., Ltd, Sungrow Power Supply Co., Ltd, PT Huawei Tech Investment, dan REPT BATTERO Energy Co.,Ltd. “Saat ini kami sedang fokus bekerja sama erat dengan supplier solar PV guna mendetailkan rencana pembangunan rantai pasok industri panel surya nasional sesuai harapan pemerintah,” kata Dharma. Seperti diketahui, saat ini pemerintah tengah merajut kerja sama pengembangan EBT dengan Pemerintah Singapura. Ikhtiar itu telah membuahkan penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dengan Kantor Perdana Menteri Singapura.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Adaro Minerals (ADMR) yang Cetak Kinerja Moncer di 2022 Nota kesepahaman tersebut mencakup kerja sama investasi pengembangan industri dan kapabilitas manufaktur EBT di Indonesia dari hulu ke hilir, serta perdagangan listrik lintas batas antar kedua negara. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan, ambisi Pemerintah Singapura untuk memacu bauran EBT hingga 3 GW dalam pasokan listrik nasionalnya di 2035 membuka kesempatan bagi para pengembang energi Indonesia untuk memasok kebutuhan tersebut. “Dengan adanya dua kesempatan ini, pelaku usaha berusaha untuk memenuhi permintaan/kesempatan yang ada,” kata Fabby saat dihubungi Kontan.co.id (19/3).
Lebih lanjut, Fabby menambahkan bahwa peluang untuk memasok listrik ke Singapura menciptakan kesempatan serta permintaan untuk mendorong pertumbuhan industri hilir dan hulu.
Baca Juga: Prospek ekspor batubara dinilai masih tetap kuat pada tahun 2022 “Saya menilai, model yang dikembangkan pemerintah Indonesia via Kemenko Marves bekerja sama dengan pemerintah Singapura melalui Inspira, adalah sesuatu terobosan. Di sini ada technology provider yaitu produsen sel dan modul surya tier-1, komponen PLTS, dan energy storage, dan bekerja sama langsung dengan pengembang PLTS,” kata Fabby. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli