KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kembali moncernya harga batubara tak lantas membuat PT Adaro Energy Tbk (
ADRO) mengerem diversifikasi bisnis. Secara paralel, perusahaan batubara ini tetap memperbesar segmen bisnis energi baru terbarukan (EBT). ADRO saat ini tengah dalam tahap penelitian intensif untuk pengembangan energi hidrogen bersama Fortescue Metal Group. Langkah ini merupakan lanjutan atas penandatanganan perjanjian kerjasama antara ADRO dan perusahaan asal Australia itu pada April lalu. Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pembangkit listrik dari sumber terbarukan, ADRO melalui Adaro Power saat ini juga aktif mengikuti tender proyek EBT yang digelar oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Proyek berbasis EBT tersebut meliputi energi biomassa, tenaga angin, dan panel surya supaya perusahaan memiliki portofolio dengan bauran energi yang seimbang.
"Adaro Power tengah dalam tahap finalisasi kontrak untuk peningkatan kapasitas panel surya di Terminal Khusus Batu Bara Kelanis," ujar Presiden Direktur Dharma Djojonegoro Adaro Power kepada Kontan.co.id belum lama ini.
Baca Juga: Pasar ekspor batubara menjanjikan, bagaimana prospek kinerja Adaro Energy (ADRO)? Kapasitas pembangkit listrik tersebut rencananya akan ditingkatkan dari 130 kilowatt peak (kWp) menjadi 597 kWp. Pembangkit ini ke depan juga mampu menyediakan tenaga solar untuk Indonesia Bulk Terminal (IBT) dan berpotensi untuk digabungkan dengan panel surya secara hybrid dalam waktu dekat. Adaro belum bersedia merinci target penyelesaian proyek tersebut dan besaran belanja modal atawa
capital expenditure (capex) yang dikucurkan. Yang terang, ADRO siap berinvestasi lebih besar untuk segmen EBT.
"Kami sangat terbuka untuk berdiskusi dan bermitra dengan pengembang EBT berpengalaman, baik dari dalam maupun luar negeri. Kemitraan ini juga terbuka untuk pengembangan proyek baru (
greenfield) maupun untuk kerjasama dalam akuisisi proyek yang sudah berjalan," terang Dharma. Tahun ini, ADRO menganggarkan capex sekitar US$ 200 juta hingga US$ 300 juta. Hingga paruh waktu pertama tahun ini, sebesar US$ 76 juta sudah terserap.
Baca Juga: Harga Batubara Menanjak, Produsen Tak Mengubah Target Hilirisasi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati