Adaro Energy (ADRO) Segera Lepas Bisnis Batubara Termal, Simak Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengantongi restu untuk melepas anak usaha di lini bisnis batubara termal, PT Adaro Andalan Indonesia (AAI). Restu itu didapat dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPLSB) ADRO yang digelar pada Jumat (18/10).

Presiden Direktur & Chief Executive Officer Adaro Energy, Garibaldi "Boy" Thohir mengatakan aksi ini bagian dari upaya ekspansi strategis dan diversifikasi ADRO di segmen non pertambangan batubara. ADRO mengejar portofolio bisnis yang lebih seimbang dan mencapai target menghasilkan sekitar 50% pendapatan dari non batubara termal paling lambat tahun 2030.

“Kami berpandangan langkah ini efektif untuk memaksimalkan kinerja PT Adaro Andalan Indonesia dan pilar bisnis non batubara termal karena dapat memungkinkan masing-masing perusahaan untuk berfokus pada pengembangan kekuatan inti serta terus memanfaatkan sumber daya dan potensinya,” kata Boy melalui siaran resmi, Jumat (18/10).


ADRO bermaksud memisahkan bisnis-bisnis segmen pertambangan beserta sejumlah bisnis pendukung di bawah AAI dari pilar Adaro Minerals dan Adaro Green, agar dapat memaksimalkan kinerja AAI dan pilar-pilar non batubara termal. Langkah ini dinilai memungkinkan perusahaan untuk berfokus pada pengembangan kekuatan inti masing-masing.

Baca Juga: Begini Kelanjutan Rencana IPO Adaro Andalan

Transaksi ini diperkirakan akan mendukung AAI serta segmen bisnis non batubara termal untuk memperkuat fokus pada pengembangan dan kinerja. Pemisahan ini juga memungkinkan bisnis-bisnis hijau ADRO untuk mendapatkan akses pembiayaan yang lebih besar, biaya pendanaan lebih kompetitif, dan akses lebih luas terhadap proyek-proyek hijau dengan para mitra bisnis potensial papan atas.

RUPSLB telah menyetujui untuk menjual sebanyak-banyaknya seluruh saham yang dimiliki ADRO atas AAI. Aksi ini merupakan transaksi material menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 17/POJK.04/2020, serta perubahan kegiatan usaha utama melalui penawaran umum kepada seluruh pemegang saham ADRO, berdasarkan POJK Nomor 76/POJK.04/2017.

Dengan tunduk pada diperolehnya pernyataan efektif dari OJK, ADRO akan memberikan kesempatan kepada para pemegang sahamnya untuk berpartisipasi pada transaksi ini sebagai pembeli.

Baca Juga: Boy Thohir Menyebut Dampak Penjualan AAI Relatif ke Keuangan ADRO, Begini Faktanya

Skema IPO AAI

AAI yang sebelumnya bernama PT Alam Tri Abadi merupakan perusahaan yang 99,9999% dimiliki oleh ADRO. Dalam transaksi ini, ADRO menawarkan sebanyak-banyaknya seluruh saham yang dimiliki pada AAI, yakni 7.008.202.240 saham. Transaksi ini akan dilakukan melalui Penawaran Umum oleh Pemegang Saham (PUPS).

Dalam keterbukaan informasi yang rilis pada Rabu (16/10) dijelaskan, PUPS akan dilaksanakan secara bersamaan atau berkesinambungan dengan proses penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) AAI. Segera setelah IPO, kepemilikan saham ADRO pada AAI diperkirakan akan terdilusi menjadi sebesar 90% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor AAI.

Harga penawaran PUPS adalah sebesar Volume Weighted Average Price (Harga Rata-Rata Tertimbang) yang terbentuk setelah penutupan perdagangan di hari pencatatan saham AAI di bursa, dengan ketentuan bahwa harga penawaran final:

(1) serendah-rendahnya akan menggunakan harga pasar wajar saham AAI berdasarkan hasil penilaian dari Penilai Independen; dan 

(2) setinggi-tingginya sebesar 107,5% dari hasil penilaian dari Penilai Independen, sesuai dengan batasan kewajaran yang diatur POJK 35/2020.

Baca Juga: BEI Dorong Perusahaan BUMN Untuk IPO, Ini Perusahaan yang Potensial

Sehingga, nilai rencana transaksi secara keseluruhan serendah-rendahnya sebesar US$ 2,44 miliar atau setara dengan 31,8% dari total ekuitas ADRO. Sedangkan setinggi-tingginya adalah sebesar US$ 2,62 miliar, yang setara dengan 34,1% dari total ekuitas ADRO.

Dengan memperhitungkan jumlah lembar saham setelah pemecahan nilai nominal saham AAI sebanyak 7.008.202.240 saham, maka harga per saham adalah sebesar US$ 0,35. Hal ini terungkap dalam kesimpulan nilai pada ringkasan laporan objek rencana transaksi.

ADRO akan melepas saham yang ditawarkan kepada seluruh pemegang saham ADRO yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal yang saat ini direncanakan jatuh pada 27 November 2024, atau tanggal lainnya yang akan diumumkan pada Prospektus PUPS.

"Pembeli adalah para pemegang saham Adaro Energy yang terdaftar pada Tanggal Pencatatan dan memilih untuk membeli saham AAI dari Adaro Energy," ungkap Manajemen ADRO.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Emiten yang Bakal Diuntungkan Program Pemerintahan Baru

Dampak Terhadap Kinerja

Dalam keterbukaan informasi yang sama, Manajemen ADRO juga mengungkapkan dampak pelepasan AAI kepada kinerja ADRO. Manajemen ADRO membeberkan proforma laporan keuangan 30 Juni 2024 untuk memberikan gambaran terkait dampak dari pelepasan AAI.

Persentase pendapatan dan laba bersih AAI masing-masing mencapai 89,4% dan 104,8% terhadap pendapatan dan laba bersih ADRO secara konsolidasi. Berdasarkan proforma laporan keuangan 30 Juni 2024, divestasi AAI menyebabkan penurunan pendapatan dan laba bersih usaha konsolidasian ADRO, masing-masing sebesar 65% dan 64%.

Gambaran dalam proforma ini, pendapatan usaha konsolidasi ADRO per 30 Juni 2024 menurun 65% dari US$ 2,97 miliar menjadi US$ 1,05 miliar. Sedangkan laba periode berjalan konsolidasian menurun 64% dari US$ 880,18 juta menjadi US$ 321,01 juta. Dengan proforma tersebut, ADRO secara terkonsolidasi masih memiliki laba bersih dan pendapatan sekitar 35% dari pendapatan sebelum divestasi AAI.

"Adaro Energy secara terkonsolidasi masih tetap memiliki investasi di bidang pertambangan batubara metalurgi dan batuan, pengolahan mineral, energi, utilitas dan infrastruktur pendukung yang ditopang oleh sumber daya dan potensi yang dimilikinya," ungkap Manajemen ADRO dalam keterbukaan informasi Rabu (16/10).

Baca Juga: Emiten Batubara Lokal Cuan Gede dari MIP

Berdasarkan proforma laporan keuangan 30 Juni 2024, ketika AAI dilepas, ADRO secara konsolidasi masih memiliki total aset, pendapatan dan laba bersih masing-masing sebesar US$ 8,47 miliar, US$ 1,05 miliar dan US$ 321,01 juta, yang berasal dari bisnis ADRO di luar AAI. 

"Ke depannya, Adaro Energy akan lebih mengembangkan proyek-proyek yang ada saat ini dalam bidang energi yang mendukung program ekonomi hijau pemerintah Indonesia. Dengan demikian, bilamana Rencana Transaksi dilaksanakan, kelangsungan usaha Adaro Energy tidak akan terganggu," sebut Manajemen ADRO.

Sebagai informasi, total cadangan batubara termal yang dimiliki oleh ADRO melalui anak perusahaan yang dikonsolidasi dalam grup AAI mencapai 917,4 juta ton. Dengan divestasi AAI, ADRO tidak lagi memiliki cadangan batubara termal.

ADRO pun tetap masih memiliki cadangan batubara metalurgi sebagai bahan baku utama pembuatan baja, yang dimiliki melalui anak perusahaan yang dikonsolidasi yaitu grup PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) sebesar 173 juta ton.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Sektor Batubara & Migas di Tengah Fluktuasi Harga Sektor Energi

Rekomendasi Saham

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menyoroti potensi penurunan kinerja ADRO dalam jangka menengah, setelah divestasi AAI yang menjadi kontributor pendapatan terbesar. Namun, alih fokus ke bisnis non-batubatara termal terutama energi baru & terbarukan (EBT) bisa menjadi langkah yang tepat seiring target bauran energi hijau yang terus meningkat.

"Setelah itu para investor perlu memantau, seperti apa dampak ke kinerja setelah lebih fokus ke energi hijau. Secara prospek jangka panjang menarik karena secara prospek bisnis EBT terus mengalami pertumbuhan," ungkap Sukarno kepada Kontan.co.id, Jumat (18/10).

Sukarno menilai, pelepasan AAI melalui skema IPO tampak akan menarik minat pasar, karena secara valuasi yang ditawarkan relatif murah. Praktisi Pasar Modal & Founder Warkop Saham, Raden Bagus Bima mengamini, AAI bisa menjadi pilihan yang menarik di mata investor.

AAI telah menjadi sumber pendapatan utama ADRO yang juga memiliki konsistensi laba bersih. Selain itu, biaya produksi batubara AAI relatif lebih rendah dibandingkan produsen batubara lainnya. Faktor berikutnya adalah cadangan batubara yang cukup besar, permintaan batubara yang masih tinggi, serta potensi pembagian dividen.

Baca Juga: Produksi Batubara Nasional Per Oktober Baru Capai 624 Juta Ton, Ini kata Bahlil

Investment Analyst Stockbit  Hendriko Gani menghitung rasio pemesanan IPO AAI. Dalam perhitungannya, setiap kepemilikan 100 saham ADRO akan memiliki hak untuk memesan sekitar 23 saham AAI pada PUPS. Ini dengan asumsi seluruh saham AAI yang dimiliki ADRO ditawarkan pada PUPS.

Sementara itu, Bima melihat investor masih menanti dan mempertimbangkan untuk menjadi bagian dari investor AAI dengan mengikuti PUPS. Dus, hal ini bisa menjadi katalis pendongkrak bagi harga saham ADRO, setidaknya dalam jangka pendek dengan potensi kenaikan ke resistance di area Rp 4.200. 

Namun di sisi yang lain, Bima memperkirakan dalam jangka menengah investor asing cenderung melepas ADRO setelah melepas AAI. Sedangkan Sukarno menyarankan hold saham ADRO dengan target harga di level Rp 4.050. "Tapi tetap batasi risiko jika kembali bergerak melemah," kata Sukarno.

Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat saat ini pergerakan harga saham ADRO cenderung sideways sejak akhir September 2024. Secara MACD dan stochastic, ada indikasi ADRO akan memulai bearish dalam jangka pendek.

Dus, Herditya menyarankan strategi buy on weakness mencermati support Rp 3.530, resistance Rp 3.930 untuk target harga Rp 4.100-Rp 4.250. Adapun, ADRO menutup perdagangan Jumat (18/10) dengan pelemahan 3,08% ke level harga Rp 3.780 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati