Adaro Energy Akan IPO 31,7% Saham Awal Juli



Menurut Vicky, Adaro Energy merupakan induk usaha yang membawahi seluruh perusahaan di dalam Grup Adaro yang dibentuk bulan lalu. Anak usaha Adaro Energy adalah PT Adaro Indonesia, produsen batubara terbesar kedua di Indonesia, PT Indonesia Bulk Terminal yang mengelola pelabuhan, perusahaan perdagangan Coal Trade International, dan kontraktor tambang PT Sapta Indra Sejati. "Jadi ini perusahaan tambang batubara terintegrasi," terangnya.

Lebih cepat tiga bulan Boy Garibaldi Thohir, Presiden Direktur Adaro Energy pernah menyatakan bahwa Adaro sengaja membentuk holding ini agar investor lebih tertarik. Sebab,setelah digabungkan, nilai perusahaan akan menjadi jauh lebih besar. Disisi lain, pemegang saham publik tak bisa secara langsung menguasai saham Adaro Indonesia karena perusahaan ini terikat kontrak dengan pemerintah.

Dengan penggabungan ini, kini, Adaro Energy menguasai cadangan terbukti (proven reserve) batubara di Kalimantan Selatan hingga 876 juta ton dan sumber daya (resources) sebesar 2,8 juta ton. Setiap tahun, perusahaan ini mampu memproduksi batubara sampai 40 juta ton. Jumlah ini akan naik dua kali lipat menjadi 80 juta ton dalam lima tahun mendatang.


Menurut Vicky, kalau tak ada aral melintang, penjamin emisi akan menyerahkan proposal IPO Adaro kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) pekan ini. Dengan begitu, Adaro sudah bisa melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal Juli mendatang.

Dia juga memastikan bahwa Adaro tidak akan melaksanakan penjajakan awal pasar (pre-marketing). Perusahaan akan langsung menggelar roadshow ke Hong Kong dan Singapura. Nah, dari IPO itu, Adaro berharap bisa memperoleh dana minimal US$ 500 juta. Mereka akan memakai dana tersebut untuk membayar utang (refinancing), ekspansi, dan modal kerja baik untuk perusahaan maupun anak usaha. Seperti telah ditulis KONTAN, Adaro akan membeli tiga tambang batubara berkapasitas 50 juta metrik ton. Mereka juga berniat membangun pembangkit listrik 60 megawatt dan membantu ekspansi Sapta Indra.

Niat Adaro untuk melantai di bursa saham pada Juli ini sejatinya cukup mengagetkan. Sebab, dalam sejumlah kesempatan, Boy menyatakan bahwa IPO ini baru akan terlaksana sekitar bulan September nanti. Tapi, Vicky punya alasannya. Menurut dia, sekarang merupakan waktu yang paling bagi Adaro untuk melepas sahamnya. "Kami lihat timing. Kalau sudah siap kenapa harus ditunda?" imbuhnya.

Hendri Effendi, Pengamat Pasar Modal Citi Pacific Sekuritas berpendapat, keputusan Adaro mempercepat IPO menjadi awal Juli sudah tepat. Soalnya, saat ini harga minyak dunia telah mencetak rekor di atas US$ 120 per barel. Kondisi ini akan memicu kenaikan harga batubara di pasar internasional. "Kalau tidak dipercepat, mereka akan kehilangan momen," ujarnya. Hingga akhir pekan lalu, harga batubara di pelabuhan Newcastle, Australia, mencapai US$ 126,45 per ton. Hendri meramal, saham Adaro akan laris manis. "Jumlah saham segitu sudah wajar untuk ukuran tambang seperti Adaro," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test