Adaro Energy cari partner bangun PLTU di luar negeri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencari partner untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di luar negeri. Hal ini menjadi langkah yang akan diambil ADRO untuk memperluas ekspansi sekaligus melakukan manajemen risiko dalam berinvestasi. Sebab, ADRO bisa terbantu dari sisi finansial.

Garibaldi Thohir, Direktur Utama PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menyatakan telah mengajak kerja sama beberapa partner, diantaranya dari Jepang, Korea Selatan, dan Thailand. Saat ini, partner dengan Jepang memiliki progres yang lebih maju dibandingkan dengan lainnya.

“Ini istilahnya manajemen risiko, karena PLTU kan proyek besar, jadi kami lebih baik partneran,” kata pria yang akrab disapa Boy Thohir itu, di Jakarta, Selasa (20/3).


Namun, Boy masih bungkam mengenai nama partner yang akan diajak. Dia hanya bilang, partner yang akan diajak tersebut juga termasuk perusahaan bluechip. Sehingga bisa memberikan kepercayaan terhadap proyek tersebut. Rencananya, ADRO akan membangun PLTU dengan kapasitas sebesar lebih dari 600 megawatt (MW).

Dengan Jepang, lanjut Boy, Adaro bisa mendapat dukungan dari sisi finansial dan teknologi, sehingga proyek tersebut bisa menjadi lebih kompetitif. Saat ini, partner dengan Jepang dinilai sebagai partner yang paling besar kemungkinannya untuk diajak bekerja sama. “Kalau tidak dengan Jepang, bisa dengan Korea,” lanjutnya.

Ada beberapa negara tujuan yang dinilai bisa prospektif untuk pasar PLTU. Diantaranya negara dalam kawasan Indochina seperti Vietnam dan Myanmar. Boy menyatakan partner Jepang tersebut bahkan sudah masuk terlebih dahulu di Vietnam. Selain itu, negara timur tengah seperti Pakistan, Afganistan dan Bangladesh sudah lebih dulu dimasuki.

Saat ini, ADRO sedang menunggu peluang dan mempertimbangkan tiga negara Asia Tenggara yang berpotensi untuk dijajaki, seperti Vietnam, Myanmar dan Kamboja. Sedangkan untuk Bangladesh, saat ini ADRO tengah mempertimbangkan. Boy bilang, Bangladesh terbilang menarik, karena termasuk negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar. “Mereka mayoritas muslim dan perusahaan Indonesia bisa diterima juga,” lanjutnya.

Dia berharap, dari kerja sama tersebut Adaro bisa mengantongi 2-3 proyek PLTU dengan kapasitas lebih dari 600 MW. Boy menyatakan, saat ini beberapa respons sudah diterima, baik itu ajakan untuk mengikuti tender, mendapat undangan, maupun salah satu partner konsorsium juga sedang mencari partner lokal.

Sebagai informasi, pembangunan bisnis PLTU ini menjadi strategi integrasi bisnis perusahaan. Saat ini, ADRO ingin fokus pada bisnis PLTU terlebih dahulu, sebelum merambah ke bisnis energi lainnya. Pada bidang PTLU, perusahaan menilai memiliki aspek kompetitif dan layanan yang bersaing. “Bidang lain akan nambah, tapi mayoritas pasti akan PLTU dulu,” ujar Boy.

Pada bidang energi bersih, dia juga sudah melihat peluang. Diantaranya dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pelabuhan Batubara Kelanis, Kalimantan Selatan. ADRO juga melihat peluang bisnis gas. Menurut Boy, baik negara maupun perusahaan akan menerapkan strategi variasi energi, sehingga tidak bergantung pada batubara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini