KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adaro Energy memiliki program pengembangan desa pariwisata. Program ini demi tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Program yang dijalankan melalui Pariwisata Desa Liyu di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan (Kalsel), Adaro menciptakan destinasi wisata budaya di Desa Liyu. Program yang diinisiasi sejak tahun 2018 ini menampilkan berbagai kegiataan budaya dan tradisi masyarakat Dayak Deah seperti Mesiwah Pare Gumboh (Perayaan Rasa Syukur Pasca Panen) dan Festival Melatu Wini. Adaro mencoba melestarikan budaya lokal sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat, serta membantu meningkatkan status Desa Liyu dari desa tertinggal menjadi desa maju. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Hariyanto mengakui, upaya dan inisiatif pengembangan desa belakangan ini berpotensi menjadikan Desa Liyu sebagai destinasi wisata yang tidak hanya dikenal di Kalimantan Selatan, tetapi juga tingkat nasional dan internasional. "Pengembangan berkelanjutan dan integrasi dengan kegiatan masyarakat setempat akan menjadi kunci suksesnya Desa Liyu sebagai kunjungan wisata yang menarik," ujar dia, Kamis (20/6).
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Masuk Daftar Fortune Southeast Asia 500 Hariyanto menambahkan, dukungan Corporate Social Responsibility (CSR) memang bisa memberikan dampak yang signifikan dalam menggerakkan pemberdayaan desa wisata. Dukungan CSR yang baik dapat membuat desa wisata berkembang secara berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Tak hanya itu, upaya pembangunan desa makin cepat. Department Head Divisi CSR PT Adaro Indonesia Firmansyah mengatakan, Adaro selalu memberikan pendampingan dan penguatan adat di Desa Liyu. "Sedangkan berkaitan dengan kepariwisataan daerah, Adaro memberikan bantuan peningkatan kapasitas kelembagaan Adat Desa Liyu dalam membentuk desa wisata budaya dan membangun beberapa fasilitas pendukung di lokasi tersebut demi memberdayakan dan meningkatkan ekonomi daerah," ujarnya. Pembangunan sarana prasarana yang dilakukan Adaro diantaranya revitalisasi Balai Adat Desa Liyu, pembangunan Jembatan Gantung Wisata, pembangunan camping ground, pos Kelompok Sadar Wisata, dermaga perahu, fasilitas untuk pengunjung seperti kelistrikan, dan peralatan maupun distribusi air bersih. Desa Liyu yang terletak di kawasan geosite Geopark Meratus ini dinilai memiliki potensi ekowisata berupa keindahan alam seperti air terjun, Watu (Batu) Badinding, yaitu bebatuan yang tersusun menyerupai dinding pada pinggiran sungai. Potensi lainnya yaitu Budaya Dayak Deah Desa Liyu dimana saat musim tanam tiba masyarakat melaksanakan perayaan Melatu Wini dan setiap panen hasil bumi berupa padi, masyarakat melaksanakan Mesiwah Pare Gumboh (MPG). Potensi wisata alam di Desa Liyu ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung, sehingga masyarakat mendapatkan bantuan pengembangan infrastruktur pendukung lokasi wisata sejak tahun 2021 hingga 2023. Mesiwah Pare Gumboh dan wisata di Desa Liyu menjadi salah satu sumber pendapatan warga yang meningkatkan perekonomian desa.
Baca Juga: Bank Jasa Jakarta Berikan Pembekalan Materi Solopreneur Skill bagi Mahasiswa Program Pengembangan Desa Liyu melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti Dinas Pariwisata dan instansi pemerintah terkait maupun organisasi di masyarakat. Seperti Pokdarwis Ranu Liyo, Sanggar Bejalin Jaya, Lembaga Adat Dayak Deah Liyu Gunung Riut, Pemerintahan Desa Liyu, dan Karang Taruna Desa Liyu. Dengan naiknya wisatawan yang berkunjung, kegiatan ekonomi meningkat diantaranya penjualan di warung, kebutuhan merchandise, penyewaan alat camping, glamping dan homestay, penyediaan area parkir kendaraan. Mesiwah Pare Gumboh juga ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek RI. Pada tahun 2023, acara ini berhasil terpilih sebagai salah satu Kharisma Event Nusantara 2023 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Hingga tahun 2023, kunjungan wisatawan semakin meningkat. Sebelumnya di tahun 2020 jumlah pengunjung kurang dari 1.000 orang, di tahun 2023 mencapai sekitar 7.000 pengunjung. Selain pengembangan wisata, program ini diintegrasikan dengan program CSR ekonomi Adaro Indonesia (Program Bina Desa) untuk mengembangkan budidaya penanaman padi Gogo varietas unggul di Desa Liyu. Melalui program ini, warga Desa Liyu mendapat bekal ilmu dan keterampilan dalam budidaya padi varietas baru serta pembuatan lumbung padi untuk menampung hasil panen yang dapat menunjang ketahanan pangan warga desa setempat.
Bagi Adaro, keberlanjutan program sangat penting sehingga aspek-aspek keberlanjutan dalam program ini sangat diperhatikan di antaranya tempat wisata ini menggunakan solar cell sebagai cadangan sumber tenaga listrik yang ramah lingkungan. Selain itu, sebagai bahan dasar bangunan balai adat desa maupun beberapa infrastruktur lain penunjang wisata menggunakan kayu ulin dan bambu. Program Pengembangan Pariwisata Desa Liyu telah sukses menciptakan lapangan pekerjaan di sektor pariwisata lokal dan meningkatkan minat untuk mengembangkan seni budaya lokal. Dari sisi manfaat secara ekonomi, program ini telah menumbuhkan jiwa wirausaha bagi masyarakat dan memberikan peluang usaha bagi UMKM di mana para pelaku UMKM memiliki wadah untuk memasarkan produk seperti kerajinan ukir dan anyaman.
Baca Juga: Cinepolis Edukasi Anak Lakukan Aktivitas Seru di Luar Sekolah Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana