KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (
ADMR) menganggarkan belanja modal atau
capital expenditure (capex) US$ 70 juta-US$ 90 juta untuk untuk segmen batubara metalurgi pada tahun ini. Belanja modal ini belum termasuk belanja modal untuk smelter aluminium. “Perusahaan memperkirakan pencapaian
financial close proyek ini pada semester pertama 2023 dan akan membuat pengumuman lebih lanjut mengenai porsi ekuitas (smelter) di kemudian hari,” ungkap Adaro Minerals dalam keterbukaan informasi. Salah satu penggunaan dana capex ADMR adalah untuk mengerek volume penjualan di tahun 2023. Hingga tutup tahun nanti, Adaro Minerals mengejar volume penjualan 3,8 juta ton-4,3 juta ton.
Baca Juga:
Saham-Saham Emiten Batubara Berguguran, Sudah Undervalued? Manajemen ADMR menyebutkan bahwa target penjualan tersebut didukung oleh kuatnya permintaan pelanggan, sesuai dengan target jangka menengah sebesar 6 juta ton per tahun. “Perusahaan berencana memasuki pasar-pasar baru pada tahun 2023 serta meningkatkan volume penjualan ke pasar domestik,” ungkap AMDR dalam keterangan beberapa waktu lalu. Sebagai pembanding, volume penjualan batubara ADMR berjumlah 3,20 juta ton di sepanjang tahun 2022, naik 39% dibanding realisasi 2021 yang sebesar 2,30 juta ton. Secara terperinci, sebanyak 85% penjualan batubara ADMR di tahun 2022 menyasar tiga negara, yakni Jepang, China, dan India.
Capaian volume penjualan ADMR di tahun 2022 didapat seturut kenaikan produksi. Berdasarkan data internal perusahaan, volume produksi batubara ADMR mencapai 3,37 juta ton, naik 47% dibanding realisasi tahun 2021 yang berjumlah 2,30 juta ton. Capaian tersebut juga melampaui panduan perusahaan yang berkisar 2,8 ton sampai 3,3 juta ton. Di tahun 2023, ADMR memperkirakan peningkatan nisbah kupas menjadi sebesar 3,8x lantaran kegiatan penambangan di PT Lahai Coal akan dimulai kembali. Catatan saja, PT Lahai Coal memiliki nisbah kupas yang lebih tinggi dari PT Maruwai Coal. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari