KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (
ADMR) menargetkan volume penjualan batubara tahun ini di rentang 3,8 juta ton sampai 4,3 juta ton. ADMR akan meningkatkan volume penjualannya, didukung oleh kuatnya permintaan pelanggan, sesuai dengan target jangka menengah sebesar 6 juta ton per tahun. Sebagai gambaran, sepanjang tahun 2022 anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) ini membukukan volume penjualan batubara sebesar 3,20 juta ton. Realisasi ini naik 39% dari angka penjualan di tahun 2021 yang hanya 2,30 juta ton.
Baca Juga: Adaro Minerals (ADMR) Gelontorkan Capex hingga US$ 90 Juta Tahun Ini Di kuartal keempat sendiri, ADMR mencatatkan penjualan batubara mencapai 1,02 juta ton, atau naik 35% dari 0,75 juta ton pada kuartal keempat 2021. Pada 2022, ADMR menjual 85% batubaranya ke tiga negara, yakni Jepang, China dan India. “Perusahaan berencana memasuki pasar-pasar baru pada tahun 2023 serta meningkatkan volume penjualan ke pasar domestik,” terang Danuta Komar, Investor Relations Manager Adaro Minerals Indonesia, Rabu (15/2). ADMR mencatatkan produksi 3,37 juta ton batubara pada 2022. Angka ini setara dengan kenaikan 47% dari realisasi produksi pada 2021 yang hanya 2,30 juta ton volume produksi ini sekaligus melampaui panduan manajemen yang berkisar 2,8 ton sampai 3,3 juta ton batubara. Adapun ADMR mencatat volume pengupasan lapisan penutup alias
overburden (OB)
removal sebesar 8,32 juta bank cubic meter (bcm) pada 2022.
Baca Juga: Adaro Minerals Indonesia (ADMR) Mengincar Volume Penjualan Hingga 4,3 Juta Ton Realisasi ini naik 62% dari 5,15 juta bcm pada 2021. Hal ini mendorong peningkatan nisbah kupas menjadi 2,47 kali pada FY22, atau naik 10% dari 2,24 kali pada tahun 2021. Manajemen ADMR memproyeksi nisbah kupas tahun ini akan mencapai 3,8 kali. Peningkatan nisbah kupas di 2023 diperkirakan karena kegiatan penambangan di PT Lahai Coal akan dimulai kembali. PT Lahai Coal memiliki nisbah kupas yang lebih tinggi dari PT Maruwai Coal. Manajemen meyakini, prospek batubara metalurgi ke depan masih cukup kuat. Batubara Lampunut dari konsesi Maruwai Coal yang merupakan perusahaan anak ADMR dikenal dengan karakteristik batubara kokas yang kuat.
Baca Juga: Saham-Saham Emiten Batubara Melempem, Simak Rekomendasi dari Analis Berikut Ini Batubara Lampunut juga memiliki kandungan abu sangat rendah dan vitrinit tinggi, sehingga menjadi produk batubara metalurgi unik yang cocok sebagai bahan pencampuran (blending). Dengan karakteristik ini, batubara Lampunut memiliki keunggulan saing dibandingkan batubara kokas dari negara lainnya. “Batubara Lampunut ADMR terus mengembangkan namanya dan mendapatkan permintaan yang tinggi dari para produsen baja di Jepang, China dan India,” sambung Danuta.
Di sisi lain, penerimaan kembali China terhadap impor dari Australia merupakan hal signifikan di pasar batubara metalurgi. Harapan bahwa keunggulan saing berupa jarak yang lebih dekat dari Australia ke China dibandingkan dari para produsen di wilayah Atlantik akan mengubah preferensi para pembeli dari China.
Baca Juga: Begini Perkembangan Proyek Smelter Aluminium Adaro Energy (ADRO) Batubara Indonesia memiliki keuntungan yang sama dalam hal jarak angkut yang pendek ke China dan hal ini diperkirakan akan mendukung permintaan China terhadap batubara dari Indonesia. Sebagai informasi, ADMR mengalokasikan belanja modal atau capex senilai US$ 70 juta hingga US$ 90 juta untuk segmen batubara metalurgi tahun ini. Hanya saja, anggaran belanja modal ini belum termasuk belanja modal untuk pabrik pengolahan alias smelter aluminium. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli