Adaro Targetkan Pendapatan Naik 31% Tahun ini



JAKARTA. Kendati perekonomian sedang lesu, PT Adaro Energi Tbk optimistis bisa meraih pendapatan US$ 2,1 miliar tahun ini. "Pendapatan akan naik 31% dari tahun lalu," ujar Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Boy Garibaldi Thohir, kemarin (23/2). Emiten berkode ADRO ini pada 2008 membukukan pendapatan US$ 1,6 miliar.

Adaro begitu yakin pendapatannya naik karena lewat negosiasi tahun lalu, Adaro telah mengantongi 90% kontrak penjualan untuk 2009. Tahun 2009 ini, target penjualan Adaro sekitar 42 juta - 45 juta ton. Pada tahun 2008, penjualan Adaro masih sekitar 38,5 juta ton.

Dari jumlah itu, Adaro menjual 62% batubaranya untuk memenuhi pasar ekspor. Kini, Adaro sudah mengantongi kontrak dengan sekitar 40 pembeli di 12 negara. Sedang 28% batubara Adaro untuk pasar lokal. "Sebanyak 10,5 juta ton untuk kebutuhan industri dan PLN," terang Boy.


Selain itu, Adaro memperkirakan, permintaan batubara saat ini masih tinggi. Berdasarkan catatan Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI), total produksi batubara 2008 mencapai 250 juta ton. Sebanyak 50 juta ton untuk domestik dan sisanya ekspor. Sedangkan tahun 2009, produksi batubara akan bertambah menjadi 280 juta ton, 60 juta ton untuk lokal, 220 juta untuk ekspor.

Adaro juga menaikkan target harga jual batubaranya. Adaro mematok harga batu bara pada tahun 2008 antara US$ 30 - US$ 38 per ton. Pada tahun 2009, harga batubara akan naik menjadi US$ 52 - US$ 65 per ton.

Adaro juga sedang bernegosiasi guna menentukan harga jual batubara di tahun 2010. Harapannya, tahun itu harga batubara akan naik.

Meskipun optimistis bisa tumbuh, Adaro tidak berencana mengakuisisi tambang ataupun melakukan ekspansi. "Kami fokus dulu kepada kepada kondisi internal. Kami ingin Adaro menjadi perusahaan tambang batubara yang terintegrasi," ujar Boy.

Tahun ini, Adaro hanya akan meneruskan proyek pengangkutan batubara melaui ban berjalan (conveyor belt) serta proyek pembangkit listrik (power plant). Conveyor belt bisa mengurangi beban transportasi batubara perseroan. Catatan saja, tadinya, Adaro menargetkan, proyek conveyor belt akan selesai pada 2008. Tapi rencana itu mundur sampai akhir 2009.

Besar kebutuhan dana proyek ini pun berubah. Sebelumnya, conveyor belt diperkirakan menghabiskan US$ 500 juta. Namun, dengan adanya penurunan biaya dan desain yang lebih efisien, investasi conveyor belt pun turun menjadi US$ 400 juta. "Akan turun 20%," ujar Boy. Sebanyak 70% dana ini berasal dari pinjaman perbankan. Sisanya, Adaro akan mengambil dari dana kas internalnya. "Kami masih dalam tahap finalisasi dengan empat bank, yaitu Bank Mandiri, Standard Chartered, DBS, dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC)," terang Boy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie