JAKARTA.
ASEAN Infrastruktur Fund (AIF) dan Bank Pembangunan Asia atau
The Asian Development Bank (ADB) akhirnya memberikan pinjaman kepada pemerintah untuk mengembangkan jaringan listrik di pulau Bali. Kedua lembaga keuangan internasional tersebut memberikan pinjaman masing-masing sebesar US$ 25 juta dan US$ 224 juta. Menurut Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, proyek jaringan listrik di Bali akan mulai dibangun pada tahun 2014 nanti. Total dana yang dibutuhkan untuk proyek itu mencapai US$ 410 juta. Selain dari AIF dan ADB, sumber dana pembangunannya juga dialokasikan dari pemerintah.
Dengan dibangunnya jaringan listrik Jawa-Bali, maka akan menyelesaikan masalah kelistrikan di kedua pulau tersebut, diantaranya mengurangi kelemahan sistem kelistrikan yang menyebabkan banyaknya pemadaman listrik. Saat ini, rasio elektrifikasi di Bali sebesar 69%, yang didominasi oleh sektor komersial sebanyak 46% dari total konsumsi listrik di pulau dewata ini. Selama ini, untuk memenuhi kebutuhan tersebut PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tergantung pada pembangkit listrik tenaga diesel yang tidak efisien. Proyek ini akan membantu pengiriman listrik dari Jawa ke Bali menggunakan 220 kilometer sambungan listrik tegangan tinggi berpakasitas 1.500 megawatt (MW). Untuk mendukung distribusi listrik dari Jawa ke Bali juga akan mengembangkan satu gardu induk
(substation) berkapasitas 500/150 kilovolt (kV) di Jawa Timur, membangun gardu induk baru berkapasitas 500/150 kV di Antosari, Bali dan meningkatkan kemampuan 11 gardu induk dengan kapasitas 150/20 kV. Bambang juga bilang, pinjaman yang diberikan kepada Indonesia ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan oleh AIF. “Indonesia dianggap yang paling siap, mengapa kita menjadi negara pertama yang menerima pinjaman dari AIF,” kata Bambang, rabu (4/11) di Jakarta. Pendanaan proyek lainnya AIF merupakan lembaga yang dibentuk oleh negara-negara di ASEAN dan ADB untuk membiayai berbagai proyek infrastruktur di Asia Tenggara. Pemegang sahamnya terdiri dari negara ASEAN dan ADB. Dalam AIF, ADB sendiri berperan sebagai pengelola dan penyedia dukungan teknis. Sebagai informasi, diperkirakan setiap tahunnya kebutuhan dana pembangunan infrastruktur di kawasan ASEAN mencapai US$ 300 juta per tahun. Dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan jalan raya, jalur kereta api, jaringan listrik, saluran air, serta sarana dan prasarana penting lainnya. Proyek-proyek tersebut diseleksi berdasarkan dampaknya pada upaya pengurangan kemiskinan, serta imbal balik ekonomis yang layak.
Bambang mengatakan, ke depan akan ada proyek infrastruktur lain yang akan mendapatkan pinjaman dari AIF. Ia tidak menyebutkan secara rinci proyek yang siap didanai melalui AIF, Bambang hanya bilang proyek yang layak menerima pinjaman adalah sebuah proyek pembangunan jalan tol. Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Bappenas Wismana Adi Suryabrata mengatakan, keberadaan AIF akan sangat penting sebagai skema pendanaan pembangunan proyek infrastruktur ke depan. “Kalau proyek sudah jalan, AIF bisa menerbitkan bonds atau obligasi, ini juga jadi skema pendanaan yang digunakan untuk proyek yang dijalankan,” kata Wismana. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan