ADB memproyeksi kerugian ekonomi global akibat corona mencapai US$ 8,8 triliun



KONTAN.CO.ID - MANILA. Asian Development Bank (ADB) memprediksi kerugian perekonomian dunia akibat dampak virus corona berada dalam kisaran US$ 5,8 triliun sampai US$ 8,8 triliun, atau setara dengan 6,4% sampai 9,7% dari produk domestik bruto (PDB) global.

Berdasarkan laporan terbaru ADB yang bertajuk Updated Assessment of the Potential Economic Impact of Covid-19, ditemukan bahwa kerugian ekonomi di wilayah Asia dan Pasifik bisa berada pada kisaran US$ 1,7 triliun sampai US$ 2,5 triliun. Wilayah tersebut, menyumbang sekitar 30% dari total penurunan output global.

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) mengajukan perpanjangan waktu pelunasan sukuk global


Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada mengatakan, analisis terbaru ini menyajikan gambaran yang luas mengenai potensi signifikan dari dampak virus corona terhadap perekonomian. Laporan ini juga menyoroti peran penting dan langkah intervensi yang dapat digunakan dalam mengurangi dampak pandemi terhadap ekonomi.

"Temuan ini, dapat membantu pemerintah dalam menyediakan kebijakan yang relevan saat mereka akan mengembangkan dan menerapkan langkah-langkah untuk menahan penyebaran pandemi, serta mengurangi dampaknya terhadap ekonomi dan masyarakat di negara masing-masing," ujar Sawada di dalam keterangan tertulis, Rabu (20/5).

Saat ini, pemerintah di seluruh dunia telah merespons cepat untuk menanggulangi dampak dari pandemi ini, baik dengan mengimplementasikan pelonggaran dari segi fiskal dan moneter, meningkatkan pengeluaran di bidang kesehatan, serta dukungan langsung untuk menutupi kerugian dari segi penerimaan negara.

Baca Juga: Softbank Group merugi US$ 12,7 miliar, salah investasi?

Laporan tersebut juga menjelaskan bahwa upaya berkelanjutan yang tetap berfokus pada langkah-langkah tersebut bisa meminimalkan dampak ekonomi akibat wabah sebesar 30% sampai 40%. Dengan proyeksi tersebut, maka kerugian ekonomi global bisa berkurang pada kisaran US$ 4,1 triliun sampai US$ 5,4 triliun.

Tak hanya dampak dari segi ekonomi, laporan tersebut juga melampirkan beberapa kerugian lain yang terdampak dari adanya pandemi ini. Misalnya dari segi permintaan dan penawaran, pariwisata, konsumsi, investasi, perdagangan, produksi, mobilitas, serta investasi yang terdampak dari adanya kenaikan biaya dari segi perdagangan global.

Lebih lanjut, ADB mencatat bahwa berbagai kebijakan yang diterapkan pemerintah setiap negara seperti pembatasan atau lockdown, baik dalam jangka pendek maupun panjang, kemungkinan akan memangkas nilai perdagangan global sebesar US$ 1,7 triliun sampai US$ 2,6 triliun.

Baca Juga: Ramai tagar #IndonesiaTerserah, pemerintah harap tenaga medis tak kecewa

Selain itu, permintaan lapangan kerja baru secara global juga akan menurun di kisaran 158 juta dan 242 juta pekerjaan, dengan kontribusi terbesar berasal dari wilayah Asia dan Pasifik dengan total sumbangan sebesar 70%.

Penghasilan dari para tenaga kerja secara global juga akan mengalami penurunan sebesar US$ 1,2 triliun menjadi US$ 1,8 triliun. Di mana 30% diantaranya atau sekitar US$ 359 miliar sampai US$ 550 miliar, akan dirasakan oleh para pekerja di wilayah Asia dan Pasifik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati