ADB merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,1% pada tahun 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya 5,1% lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,2%. 

Direktur ADB Indonesia Winfried Wicklein mengatakan laju pertumbuhan tahun ini yang sedikit lebih lambat disebabkan oleh penurunan ekspor dan melemahnya investasi domestik. 

Wicklein bilang ekspor Indonesia melambat lantaran faktor global. Pelemahan harga komoditas yang diakibatkan penurunan permintaan global membuat pasar ekspor Indonesia makin menipis. Apalagi ekonomi China sebagai salah satu mitra utama ekspor Indonesia sedang loyo.


Sementara itu, investasi domestik di pasar saham dan obligasi berada dalam tren flukluatif akibat sentimen eksternal dan internal. Apalagi dengan adanya aksi demonstrasi kemarin membuat investor kabur dari pasar domestik.

Baca Juga: ADB: Outlook ekonomi emerging Asia semakin gelap

Tak hanya itu, ADB memandang Foreign Direct Invesment (FDI) Indonesia belum bisa bersaing dengan negara Asia Tenggara lainnya. Terbukti dengan relokasi investasi China yang tidak menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan relokasi dan lebih memilih Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

“Kami memandang masalah FDI adalah soal perizinan investasi di Indonesia yang cenderung lebih berbelit ketimbang negara Asia Tenggara lainnya,” kata Wicklein dalam konferensi pers Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di kantor ADB, Rabu (25/9).

Meski demikian, Wicklein meramal perekonomian Indonesia masih bisa mempertahankan laju pertumbuhan yang baik pada tahun 2019 dan 2020 berkat konsumsi domestik yang masih tetap kuat. 

Dia bilang konsumsi akan terjaga karena pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) baru-baru ini berpeluang memberikan suntikan tenaga bagi pertumbuhan kredit. Asal tahu saja, di tahun ini BI telah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di mana saat ini posisi BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI7DRRR) di level 5,25%.

“Apalagi fundamental perekonomian Indonesia masih solid, dengan posisi fiskal yang dikelola dengan baik, harga-harga yang stabil, dan cadangan devisa pada posisi yang cukup aman,” ujar Wicklen.

ADB memproyeksi inflasi Indonesia kemungkinan akan tetap stabil sebesar 3,2% tahun ini. Sementara itu, defisit transaksi berjalan diperkirakan terkendali pada 2,7% dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun ini. 

Baca Juga: Ini dampak kesenjangan perdagangan global senilai US$ 1,5 triliun hasil survei ADB

Ekonom ADB Emma R. Allen menambahkan inflasi dan defisit transaksi berjalan terjaga, tetapi tidak dipungkiri terdapat pelemahan pertumbuhan di antara para mitra perdagangan sehingga mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia.

Di sisi lain, Emma bilang konsumsi akan terstimulus sektor konstruksi karena pembangunan properti perkotaan. “Komitmen pemerintah untuk mengadopsi teknologi baru juga akan meningkatkan kemampuan manufaktur dan membawa peningkatan daya saing dalam jangka menengah,” kata Emma.

ADB mencatat risiko eksternal terhadap proyeksi perekonomian Indonesia di antaranya adalah ketegangan perdagangan global dan melemahnya momentum perdagangan yang harus terus diawasi. 

Melemahnya investasi juga perlu menjadi perhatian dan Indonesia harus tetap melanjutkan langkah-langkah reformasi guna mendiversifikasi perekonomiannya dan bersiap meraih peluang terkait perubahan rantai pasokan global. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi