KONTAN.CO.ID - MANILA. Meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China telah menggelapkan outlook ekonomi negara berkembang di Asia. Asian Development Bank mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia diprediksi akan melambat dari ramalan sebelumnya. Negara-negara berkembang di Asia terdiri dari 45 negara di seluruh Asia dan Asia Pasifik. Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi kawasan ini kemungkinan hanya akan tumbuh 5,4% tahun ini dan 5,5% tahun depan. Prediksi itu turun dari perkiraan pertumbuhan yang dibuat pada Juli sebesar 5,7% dan 5,6%. Dalam laporan teranyarnya, ADB mengatakan pertumbuhan di wilayah ini adalah 5,9% pada 2018. "Konflik dagang antara Republik Rakyat Tiongkok dengan AS bisa berlanjut hingga 2020. Sementara, negara-negara ekonomi besar kemungkinan harus berjuang lebih keras dibanding yang kita antisipasi saat ini," jelas Yasuyuki Sawada, kepala ekonom ADB, seperti yang dikutip Reuters.
Baca Juga: Ini dampak kesenjangan perdagangan global senilai US$ 1,5 triliun hasil survei ADB Perselisihan antara dua ekonomi terbesar di dunia sudah berlarut-larut selama lebih dari setahun. Kedua negara menaikkan tarif dengan nilai miliaran dollar untuk barang-barang produksi masing-masing negara. Pembicaraan tingkat tinggi antara keduanya dijadwalkan awal Oktober. ADB melihat, perekonomian China mungkin akan tumbuh 6,2% tahun ini. Angka ini lebih lemah dari proyeksi 6,3% pada bulan Juli. Pertumbuhan di China daratan diproyeksikan akan melambat lebih lanjut menjadi 6,0% pada tahun 2020. Adapun China menargetkan pertumbuhan ekonominya bisa mencapai 6,0% hingga 6,5% pada 2019. Seiring dengan melemahnya momentum perdagangan, ADB juga melihat penurunan investasi sebagai risiko utama bagi prospek pertumbuhan ekonomi kawasan. Jika dilihat berdasarkan sub-wilayah, Asia Selatan akan tetap mengalami pertumbuhan paling cepat di Asia Pasifik, meskipun setelah ADB memangkas prospek 2019 menjadi 6,2% dari sebelumnya 6,6%.