ADB perkirakan laju PDB Asia Pasifik 2017 melemah



JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di Asia Pasifik akan mencapai 5,7% pada 2017 dan 2018, turun sedikit dari 5,8% yang dicatatkan pada 2016.

Dalam publikasi ekonomi tahunan yang diterbitkan ADB, Asian Development Outlook (ADO) 2017, kawasan Asia adalah kontributor pertumbuhan terbesar bagi pertumbuhan global yaitu sebanyak 60%.

Menurut ADB, pertumbuhan perekonomian di kawasan Asia yang berkembang, didukung oleh permintaan eksternal yang lebih tinggi, membaiknya harga komoditas global, dan reformasi domestik.


“Asia yang sedang berkembang terus mendorong perekonomian global, bahkan mekipun kawasan ini menyesuaikan dengan perekonomian Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang lebih didorong konsumsi dan di tengah ancaman risiko global," kata Yasuyuki Sawada, Kepala Ekonom ADB.

Ia melanjutkan, meski ada ketidakpastian dalam perubahan kebijakan di negara-negara maju, sebagian besar perekonomian siap untuk menghadapi potensi guncangan jangka pendek.

Ia melanjutkan, perekonomian berbasis industri mengalami momentum pertumbuhan yang makin menguat. Amerika Serikat, kawasan euro, dan Jepang diperkirakan secara bersama akan tumbuh 1,9% pada 2017 dan 2018

Adapun perekonomian di Asia Tenggara secara umum diperkirakan akan semakin cepat, dengan hampir semua perekonomian memperlihatkan tren meningkat. Kawasan ini diperkirakan akan tumbuh 4,8% pada 2017 dan 5% pada 2018, dari yang sebelumnya tercatat 4.7% tahun lalu.

Produsen komoditas seperti Malaysia, Vietnam, dan lndonesia akan diuntungkan oler pemulihan harga pangan dan harga bahan bakar dunia.

Asia Selatan masih menjadi sub-kawasan yang tumbuh paling cepat. dengan bertumbuhan mencapai 7% pada 2017 dan 7,2% pada 2018. Di India sebagai perekonomian terbesar sub-kawasan ini, pertumbuhan diperkirakan akan naik ke 7,4% pada 2017 dan 75% Dada 2018, setelah pada 2016 mencatat pertumbuhan 7,1%.

Sementara pertumbuhan di Asia Tengah diperkirakan mencapai 3,1% pada 2017 dan 3,5% pada 2018 berkat kenaikan harga komoditas dan meningkatnya ekspor. Selain itu, negara-negara di kawasan Pasifik akan mencapai pertumbuhan 2,9% dan 3.3% selama dua tahun ke depan seiring mulai stabilnya Papua Nugini pasca kesulitan fiskal dan pulihnya Fiji dan Vanuatu dari bencana alam.

Risiko yang dapat berpengaruh terhadap proyeksi ini antara lain adalah tingkat suku bunga Amerika Serikat yang lebih tinggi, yang akan mempercepat aliran modal keluar, meskipun risiko ini agak berkurang oleh melimpahnya likuiditas.

Namun, pengaruh pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat kemungkinan terjadi secara perlahan-lahan, sehingga pemerintah di Asia Pasifik memiliki waktu untuk melakukan persiapan.

Editor: Adi Wikanto