ADB pesimistis dengan Indonesia



JAKARTA. Satu lagi lembaga internasional yang pesimistis dengan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014. Kali ini datang dari Asian Development Bank (ADB) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI tahun ini hanya 5,7%. Perkiraan ADB ini juga merevisi perhitungan tahun lalu yang meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia  tahun ini sebesar 6,6%.

ADB masih menyaratkan, pertumbuhan yang mendekati realisasi tahun 2013 sebesar 5,78% itu bisa tercapai jika pemilihan umum (pemilu) berlangsung lancar dan damai. Nah, pesimistis ADB timbul karena melihat kebijakan pemerintah yang tak mendukung ekspansi dunia usaha, sehingga sulit berharap ekonomi tumbuh tinggi. Tahun ini pemerintah melarang ekspor mineral mentah, memperketat impor, lalu memperlambat konsumsi masyarakat.

"Tahun ini, program ekonomi pemerintah terfokus pada stabilisasi," kata Country Director ADB untuk Indonesia, Adrian Ruthenberg, saat pemaparan Asian Development Outlook 2014, Selasa (1/4). Pemerintah memang perlu melakukan stabilisasi karena tahun lalu menghadapi defisit transaksi berjalan yang besar, mencapai US$ 28,45 miliar atau 3,26% dari produk domestik bruto (PDB). Salah satu pendorong defisit itu adalah tingginya impor dan konsumsi masyarakat.


Selain itu, ADB menilai pemilu malah menghambat pertumbuhan ekonomi. Ajang politik lima tahunan itu menyebabkan investor wait and see untuk menanamkan modalnya.

Deputy Director ADB untuk Indonesia Edimon Ginting, menambahkan, pemilu akan berefek positif mulai tahun depan. Setelah pemilu, investor mulai tanam modal, pengusaha juga berani ekspansi. Namun kembali lagi, syaratnya, pemilu harus lancar dan aman. "Kenaikan investasi tahun depan, akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi menjadi 6%," jelas Edimon.

Mengingatkan saja, hasil kajian World Bank menyatakan ekonomi RI tahun ini hanya akan tumbuh 5,3%. JP Morgan juga memperkirakan perlambatan ekonomi Indonesia, yakni hanya tumbuh 4,9%. International Monetery Fund (IMF) juga pesimistis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena rata-rata di Asia Tenggara hanya tumbuh 5,1%.

Menteri Keuangan Chatib Basri menilai lembaga keuangan internasional itu terlalu meremehkan Indonesia. Ia yakin Indonesia punya potensi besar untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 6%.  

Chatib juga mengingatkan, lembaga internasional itu tak selalu menghasilkan ramalan yang tepat. Tahun lalu World Bank hanya memperkirakan pertumbuhan ekonomi 5,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto