ADB prediksi laju ekonomi Indonesia 5,6% di 2015



JAKARTA. Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB) Takehiko Nakao memperkirakan perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,6% pada 2015, atau lebih rendah dari perkiraan pemerintah dalam RAPBN-Perubahan sebesar 5,8%.

"Pertumbuhan pada 2015 sebesar 5,6%, karena adanya perlambatan dalam penyerapan belanja pemerintah," katanya, Selasa (13/1).

Takehiko mengatakan angka pertumbuhan ekonomi tersebut lebih baik dari pertumbuhan ekonomi pada 2014 yang diperkirakan hanya mencapai 5,1%, karena adanya perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas yang mempengaruhi ekspor.


Namun, perekonomian Indonesia bisa tumbuh lebih baik apabila pemerintah terus berkomitmen melakukan reformasi yang saat ini telah dilakukan dengan baik sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjabat pada Oktober 2014.

"Kami percaya perekonomian Indonesia akan bergantung pada upaya-upaya reformasi dan pemerintah telah memiliki awal yang baik dengan memperbaiki iklim investasi. Untuk itu, kepercayaan akan pulih dan pertumbuhan bisa menguat di masa mendatang," ucapnya.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi dapat makin membaik karena ketahanan fiskal telah terjaga dan portofolio Indonesia memiliki kredibilitas di mata investor asing. Ini merupakan nilai lebih, karena kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian.

Takehiko Nakao sedang melakukan kunjungan untuk yang kedua kalinya ke Indonesia sejak terpilih menjadi Presiden ADB pada April 2013, dan direncanakan melakukan pertemuan dengan Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla serta pejabat pemerintah lainnya.

Presiden ADB beserta rombongan berencana untuk melakukan pembicaraan terkait program reformasi ekonomi pemerintah Indonesia serta tantangannya dan berbagai bidang lainnya yang dapat dimungkinkan untuk dilakukan kerja sama.

Dalam kesempatan yang sama, Takehiko memberikan apresiasi dan memuji atas agenda reformasi menyeluruh yang telah dilakukan pemerintah, termasuk diantaranya pengalihan subsidi untuk bahan bakar, mempercepat pembangunan infrastruktur dan memperbaiki iklim investasi.

"Berkat tambahan anggaran dari pengalihan subsidi bahan bakar, pemerintah dapat mengalokasikan lebih banyak sumber daya bagi infrastruktur, yang diperlukan untuk diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi." Tambahan ini juga dapat memperluas cakupan program kesehatan, pendidikan dan bantuan sosial untuk mengatasi ketimpangan, ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto