ADB prediksi suku bunga acuan BI 2017 akan stabil



JAKARTA. Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) melihat akan ada kemungkinan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) tahun ini.

"Kemungkinan itu ada. Kita lihat nanti bagaiman inflasi dan bagaimana global financial market,“ kata Ekonom ADB Indonesia Priasto Aji di Kantor ADB Indonesia, Kamis (6/4).

Namun demikian, ia tetap yakin bahwa BI 7 Days Reverse Repo Rate akan tetap dipertahankan 4,75% sampai akhir tahun. Ditahannya suku bunga acuan menurut dia mempertimbangkan terkendalinya kondisi dalam negeri dan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang sesuai prediksi.


Ia mengatakan, suku bunga acuan BI pada tahun ini akan melihat beberapa aspek. Pertama, melihat perkembangan inflasi. Ia mengatakan, inflasi ke depannya akan naik, terutama di first half tahun ini.

“Tapi kemungkinan second half akan decline. Nanti kami akan lihat ini. Kedua, dari sisi interest rate di luar. Lalu juga akan ada election di beberapa negara, dan sebagainya,” jelasnya.

Terpisah, Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara memberi sinyal bakal menahan tingkat suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate hingga akhir tahun. Hal ini menurut dia dilakukan sebagai bagian dari upaya menstabilkan perekononomian.

"Kami percaya bahwa tingkat suku bunga BI sudah cukup rendah dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi kita," ujarnya dalam acara GlobeAsia Business Summit di Museum BI, Rabu (5/4).

Ia pun mengingat kembali pada waktu BI harus melakukan stabilisasi pada 2013. Saat itu, ada guncangan yang disebabkan oleh perubahan kebijakan AS yang bergejolak di negara emerging market termasuk Indonesia. Oleh karena itu Indonesia harus mengurangi defisit anggaran.

“Indonesia mengurangi defisit ekspor impor barang dan jasa, harus menurunkan inflasi, Indonesia harus melakukan pengetatan moneter, kan naiknya juga sekitar 150 basis poin, Indonesia juga pada saat itu mengetatkan LTV juga, nah sekarang setelah situasi stabil, pada 2016 juga BI sudah menurunkan 150 basis poin, sudah mengubah policy rate dari BI rate menjadi BI 7 Days Reverse Repo Rate,” jelasnya.

Apabila pasar merasa likuiditas tidak cukup, ia mengatakan bahwa siap untuk menyuntikkan likuiditas lebih kepada sistem. Namun hal itu tidak akan dilakukan dengan cara memangkas suku bunga acuan.

“BI juga akan mengubah Giro Wajib Minimum (GWM) metode flat menjadi averaging. Itu pun akan memberikan dampak tambahan likuiditas terhadap pasar, jadi intinya pasar tidak perlu khawatir dan pemerintah juga terus melakukan deregulasi,” kata Mirza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto