JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 6,7% pada kuartal terakhir 2011 kendati perekonomian dunia mulai melambat. Hingga akhir 2011, ADB memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa mencapai 6,6%.Senior Country Economist ADB Indonesia Edimon Ginting mengatakan, pertumbuhan ekonomi itu bisa tercapai bila realisasi anggaran belanja pemerintah meningkat. Kontribusi belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sendiri mencapai 4% hingga 6%. Selain itu, dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi bisa tercapai bila ekspor tidak menurun tajam dan konsumsi dan investasi tetap kuat. Tahun 2012 mendatang, Edimon memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terkoreksi. Pasalnya, dia melihat perekonomian Indonesia akan terkena dampak pelemahan ekonomi di beberapa negara terutama dari sisi ekspor. "Tahun ini Indonesia bisa mecnapai ekspor tertinggi, dan ini yang sulit diulangi tahun depan," katanya, Kamis (24/11).Ia mengakui, porsi ekspor Indonesia ke kawasan Uni Eropa hanya sekitar 11% dari total ekspor Indonesia. Hanya saja, "Kalau China dan Amerika terpengaruh, maka kita akan terkena second round effect," jelas Edimon.Di luar ekspor, Edimon menilai, perlambatan ekonomi yang harus diwaspadai Indonesia adalah sektor finansial dan investasi. Menurut Edimon, sektor finansial Indonesia ikut tergoncang akibat terjadinya penurunan likuiditas global yang berimbas pada penurunan likuiditas domestik. Untungnya, Edison mengatakan pemerintah telah membeli surat utang ketika harganya tertekan.Dari sisi investasi, Edimon mengakui Indonesia masih menjadi tujuan investasi. Hanya saja, dia menilai pertumbuhannya tidak sekuat 2011. Alhasil, ADB memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh sekitar 6,3% - 6,7% pada 2012 mendatang. Tapi, lagi-lagi Edimon mengingatkan, untuk bisa mencapai angka pertumbuhan sebesar ini, pemerintah harus memperkuat pertumbuhan ekonomi domestik. "Dari segi fiskal, pemerintah punya ruang untuk mempercepat beberapa proyek besar di sektor infrastruktur. Barangkali pemerintah bisa melakukan ini di awal tahun untuk bisa mengkompensasi penurunan ekspor," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
ADB ramalkan pertumbuhan kuartal IV 2011 capai 6,7%
JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 6,7% pada kuartal terakhir 2011 kendati perekonomian dunia mulai melambat. Hingga akhir 2011, ADB memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa mencapai 6,6%.Senior Country Economist ADB Indonesia Edimon Ginting mengatakan, pertumbuhan ekonomi itu bisa tercapai bila realisasi anggaran belanja pemerintah meningkat. Kontribusi belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sendiri mencapai 4% hingga 6%. Selain itu, dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi bisa tercapai bila ekspor tidak menurun tajam dan konsumsi dan investasi tetap kuat. Tahun 2012 mendatang, Edimon memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terkoreksi. Pasalnya, dia melihat perekonomian Indonesia akan terkena dampak pelemahan ekonomi di beberapa negara terutama dari sisi ekspor. "Tahun ini Indonesia bisa mecnapai ekspor tertinggi, dan ini yang sulit diulangi tahun depan," katanya, Kamis (24/11).Ia mengakui, porsi ekspor Indonesia ke kawasan Uni Eropa hanya sekitar 11% dari total ekspor Indonesia. Hanya saja, "Kalau China dan Amerika terpengaruh, maka kita akan terkena second round effect," jelas Edimon.Di luar ekspor, Edimon menilai, perlambatan ekonomi yang harus diwaspadai Indonesia adalah sektor finansial dan investasi. Menurut Edimon, sektor finansial Indonesia ikut tergoncang akibat terjadinya penurunan likuiditas global yang berimbas pada penurunan likuiditas domestik. Untungnya, Edison mengatakan pemerintah telah membeli surat utang ketika harganya tertekan.Dari sisi investasi, Edimon mengakui Indonesia masih menjadi tujuan investasi. Hanya saja, dia menilai pertumbuhannya tidak sekuat 2011. Alhasil, ADB memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh sekitar 6,3% - 6,7% pada 2012 mendatang. Tapi, lagi-lagi Edimon mengingatkan, untuk bisa mencapai angka pertumbuhan sebesar ini, pemerintah harus memperkuat pertumbuhan ekonomi domestik. "Dari segi fiskal, pemerintah punya ruang untuk mempercepat beberapa proyek besar di sektor infrastruktur. Barangkali pemerintah bisa melakukan ini di awal tahun untuk bisa mengkompensasi penurunan ekspor," jelasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News