Ilmu arsitektur serta pengetahuan di bidang desain produk membuat Adeasmara yakin membuka usaha desain interior, furnitur, dan produk seni kerajinan. Mengusung nama usahanya Skala 6, dia mengerjakan beragam desain interior dan dekorasi, dan yang paling laku saat ini adalah tempat lampu dengan elemen motif batik.kombinasi ilmu arsitektur dan desain produk membuat Adeasmara sukses mengembangkan usaha desain interior, furnitur, art & craft bernama Skala 6. Dia membangun usaha bersama 10 rekannya di wilayah Depok, Jawa Barat.Adeasmara bersama rekan-rekannya melakoni berbagai pekerjaan desain, mulai untuk rumah, kafe, restoran, hotel, hingga perkantoran. Tak sekadar mendesain interior, dia juga memproduksi perangkat penunjang desain interior. Seperti kursi, meja, dan lampu.Ade juga kerap menerima proyek desain acara pernikahan. Lelaki berumur 36 tahun ini bertambah sibuk setelah dagangan andalannya, yaitu tempat lampu bermotif batik, kian laku. Tak seperti kebanyakan orang yang menuangkan batik di atas kain, Ade memilih logam tempat lampu sebagai media mengekspresikan idenya. "Saya ingin mencari yang beda dari yang lain. Akhirnya terpikir berkreasi di atas lempengan besi," ujarnya.Dia mulai memproduksi tempat lampu dari logam dengan motif batik sejak 2004. Ade juga membuat furnitur seperti meja dan kursi tanpa meninggalkan ornamen batik. Bahkan, belakangan ini dia kerap memanfaatkan bahan daur ulang. Seperti filter oli bekas yang dipadukan dengan kaca lensa bekas.Dibantu delapan orang karyawannya, Ade mampu memproduksi 300-400 tempat lampu setiap bulan. Namun saat ini, menurut Adeasmara, permintaannya hanya berkisar 50-70 tempat lampu per bulan.Dia menjual produk tersebut dengan harga mulai dari Rp 150.000 per unit hingga tak terhingga. Harga disesuaikan dengan diameter lampu, yang harga setiap meter perseginya sebesar Rp 900.000. "Makin besar diameternya, makin mahal juga harga jualnya," ujarnya. Biasanya, lampu-lampu berukuran besar itu dipesan oleh pengelola hotel. Sejauh ini Ade hanya fokus memasarkan hasil dekorasinya melalui jalur online. Selain itu dia mengoptimalkan promosi produk lewat ajang pameran hasil kerajinan. Setiap enam bulan sekali, dia mengikuti ajang pameran kerajinan. Ade bilang, kendala pengembangan usaha ini lebih pada pemasaran produk. Apalagi, kreasi produknya berbeda sehingga diperlukan upaya promosi kuat dan intensif. Selain untuk mengenalkan produk itu, promosi bertujuan memberikan pemahaman tentang esensi produk.Selama ini, dalam berkreasi Ade menggunakan berbagai motif batik tradisional dari daerah yang berbeda-beda. Selain motif batik dari Jawa, juga batik dari Aceh, Bali, Kalimantan, hingga Papua. Ade juga terus mengembangkan motif batik dari wilayah lain di seluruh Indonesia. "Semangatnya adalah untuk memberikan identitas produk Skala 6," tutur pria yang pernah menimba ilmu desain produk di Roma, Italia ini.Kemampuan Ade di bidang desain dan dekorasi interior juga sudah terbukti. Beragam tema dekorasi pernah dia kerjakan, seperti tema musik atau nuansa hijau. Dia mencoba memasukkan tema-tema tersebut ke dalam ruangan, sehingga tercipta nuansa interior yang unik. Menurut Ade, hingga saat ini kliennya lebih banyak berasal dari mancanegara dibandingkan dalam negeri. "Sebanyak 70% order dekorasi berasal dari luar negeri," katanya. Di antaranya dari Dubai, Prancis, Slovenia, Thailand, Jerman, dan Pakistan.Adapun dari dalam negeri, dia sering mendapat pesanan dari Bali. Atas dasar itulah dia membuka galeri dan bengkel kerja di Pulau Dewata tersebut.Dari seluruh bisnisnya itu, Ade mengaku hanya mampu mendulang omzet rata-rata mencapai Rp 20 juta saban bulan. Namun, omzet itu bisa melesat mencapai Rp 100 juta per bulan jika dia sukses mengikuti pameran kerajinan. Dalam pameran tersebut, dia dapat menjual seluruh produk kerajinan dan furniturnya. Ade rajin memunculkan kreasi baru. Sejak tahun 2007 dia mulai menggarap material lain dari kayu dan gelas untuk produk tempat lampu batik. Hanya saja, kendala bahan baku membuatnya harus terus mengevaluasi kreasi produk tersebut. (Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ade menyatukan batik, logam, dan lampu (1)
Ilmu arsitektur serta pengetahuan di bidang desain produk membuat Adeasmara yakin membuka usaha desain interior, furnitur, dan produk seni kerajinan. Mengusung nama usahanya Skala 6, dia mengerjakan beragam desain interior dan dekorasi, dan yang paling laku saat ini adalah tempat lampu dengan elemen motif batik.kombinasi ilmu arsitektur dan desain produk membuat Adeasmara sukses mengembangkan usaha desain interior, furnitur, art & craft bernama Skala 6. Dia membangun usaha bersama 10 rekannya di wilayah Depok, Jawa Barat.Adeasmara bersama rekan-rekannya melakoni berbagai pekerjaan desain, mulai untuk rumah, kafe, restoran, hotel, hingga perkantoran. Tak sekadar mendesain interior, dia juga memproduksi perangkat penunjang desain interior. Seperti kursi, meja, dan lampu.Ade juga kerap menerima proyek desain acara pernikahan. Lelaki berumur 36 tahun ini bertambah sibuk setelah dagangan andalannya, yaitu tempat lampu bermotif batik, kian laku. Tak seperti kebanyakan orang yang menuangkan batik di atas kain, Ade memilih logam tempat lampu sebagai media mengekspresikan idenya. "Saya ingin mencari yang beda dari yang lain. Akhirnya terpikir berkreasi di atas lempengan besi," ujarnya.Dia mulai memproduksi tempat lampu dari logam dengan motif batik sejak 2004. Ade juga membuat furnitur seperti meja dan kursi tanpa meninggalkan ornamen batik. Bahkan, belakangan ini dia kerap memanfaatkan bahan daur ulang. Seperti filter oli bekas yang dipadukan dengan kaca lensa bekas.Dibantu delapan orang karyawannya, Ade mampu memproduksi 300-400 tempat lampu setiap bulan. Namun saat ini, menurut Adeasmara, permintaannya hanya berkisar 50-70 tempat lampu per bulan.Dia menjual produk tersebut dengan harga mulai dari Rp 150.000 per unit hingga tak terhingga. Harga disesuaikan dengan diameter lampu, yang harga setiap meter perseginya sebesar Rp 900.000. "Makin besar diameternya, makin mahal juga harga jualnya," ujarnya. Biasanya, lampu-lampu berukuran besar itu dipesan oleh pengelola hotel. Sejauh ini Ade hanya fokus memasarkan hasil dekorasinya melalui jalur online. Selain itu dia mengoptimalkan promosi produk lewat ajang pameran hasil kerajinan. Setiap enam bulan sekali, dia mengikuti ajang pameran kerajinan. Ade bilang, kendala pengembangan usaha ini lebih pada pemasaran produk. Apalagi, kreasi produknya berbeda sehingga diperlukan upaya promosi kuat dan intensif. Selain untuk mengenalkan produk itu, promosi bertujuan memberikan pemahaman tentang esensi produk.Selama ini, dalam berkreasi Ade menggunakan berbagai motif batik tradisional dari daerah yang berbeda-beda. Selain motif batik dari Jawa, juga batik dari Aceh, Bali, Kalimantan, hingga Papua. Ade juga terus mengembangkan motif batik dari wilayah lain di seluruh Indonesia. "Semangatnya adalah untuk memberikan identitas produk Skala 6," tutur pria yang pernah menimba ilmu desain produk di Roma, Italia ini.Kemampuan Ade di bidang desain dan dekorasi interior juga sudah terbukti. Beragam tema dekorasi pernah dia kerjakan, seperti tema musik atau nuansa hijau. Dia mencoba memasukkan tema-tema tersebut ke dalam ruangan, sehingga tercipta nuansa interior yang unik. Menurut Ade, hingga saat ini kliennya lebih banyak berasal dari mancanegara dibandingkan dalam negeri. "Sebanyak 70% order dekorasi berasal dari luar negeri," katanya. Di antaranya dari Dubai, Prancis, Slovenia, Thailand, Jerman, dan Pakistan.Adapun dari dalam negeri, dia sering mendapat pesanan dari Bali. Atas dasar itulah dia membuka galeri dan bengkel kerja di Pulau Dewata tersebut.Dari seluruh bisnisnya itu, Ade mengaku hanya mampu mendulang omzet rata-rata mencapai Rp 20 juta saban bulan. Namun, omzet itu bisa melesat mencapai Rp 100 juta per bulan jika dia sukses mengikuti pameran kerajinan. Dalam pameran tersebut, dia dapat menjual seluruh produk kerajinan dan furniturnya. Ade rajin memunculkan kreasi baru. Sejak tahun 2007 dia mulai menggarap material lain dari kayu dan gelas untuk produk tempat lampu batik. Hanya saja, kendala bahan baku membuatnya harus terus mengevaluasi kreasi produk tersebut. (Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News