KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BUMN Karya, PT Adhi Karya Tbk (
ADHI) berupaya menjaga pertumbuhan perolehan kontrak baru di tengah hajatan nasional Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Farid Budiyanto menuturkan, salah satu strategi ADHI untuk mempertahankan perolehan kontrak baru di tahun ini adalah memaksimalkan peluang pasar dengan mengikuti proses tender sejak akhir tahun tahun. Dia bilang, hasil tender tersebut akan diumumkan pada kuartal I-2024.
ADHI juga optimistis, kontrak pekerjaan baru juga berpotensi datang tender dari proyek perkeretaapian yang
kini sudah menjadi kompetensi ADHI seiring dengan tuntasnya proyek LRT Jabodebek Tahap 1.
“Serta, ADHI menargetkan untuk menambah potensi perolehan kontrak konstruksi dari kegiatan investasi yang ADHI ikut turut sebagai salah satu shareholder,” ungkap Farid, kepada
Kontan.co.id, Jumat (29/12) lalu.
Baca Juga: Menilik Kinerja BUMN Karya di Tengah Upaya Restrukturisasi Utang ADHI yakin, di tahun depan dan tahun-tahun setelahnya, peluang pasar sektor konstruksi masih sangat
besar ke depannya. Hal ini mengingat masih dibutuhkannya pembangunan sarana dan prasarananya baik di pedalaman maupun di perkotaan yang ada di berbagai wilayah di Indonesia.
“Bahkan sarana dan prasarana yang telah beroperasi pun masih membutuhkan perawatan dan preservasi untuk menjaga kualitas layanan tetap terjaga dengan baik,” tuturnya.
Sebagai nilai tambah untuk memaksimalkan peluang tersebut, ADHI juga telah memiliki portofolio Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) pekerjaan preservasi infrastruktur yaitu Jalan Lintas Timur Sumatera Selatan dan Riau. Berdasarkan catatan KONTAN, ADHI menargetkan pertumbuhan kontrak baru sebesar 5%-10% dibandingkan tahun sebelumnya.
Adapun, hingga November 2023,
ADHI telah meraih kontrak baru sebesar Rp 32,3 triliun dengan mayoritas sebesar 90% dikontribusi dari lini bisnis engineering dan konstruksi.
Raihan perolehan kontrak tersebut jika diperinci 31% bersumber dari pemerintah, 27% dari BUMN, 12% dari luar negeri (ADB Loan), 15% dari Badan Usaha Investasi, serta sisanya swasta/lainnya. “Strategi ADHI untuk mengejar pertumbuhan kontrak baru namun tetap selektif dengan mengukur risiko aspek finansial, aspek teknis operasional dan aspek-aspek penting lainnya sesuai skala proyek konstruksi yang disasar,” jelasnya.
Beberapa kriteria penilaian yang disusun, antara lain profil sumber pendanaan dari proyek, profil cara dan tahapan pembayaran yang ditawarkan dan kriteria lainnya. Dengan penilaian tersebut ADHI telah menetapkan selera risiko atas kelompok perkerjaan konstruksi yang ada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari