Adhi Karya (ADHI) suntik modal ke Adhi Commuter Properti sebelum IPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) berencana menggelar penawaran saham perdana atawa initial public offering dua anak usahanya, yakni PT Adhi Persada Gedung (APG) dan PT Adhi Commuter Properti (ACP). Kedua IPO tersebut rencananya akan dilakukan pada paruh kedua tahun 2019.

Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto menyatakan, pencatatan saham perdana atau listing akan dilakukan terlebih dahulu oleh APG pada Agustus mendatang. Dia bilang bahwa pihaknya telah melakukan persiapan dan berkomunikasi dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait dengan rencana tersebut. Sayangnya, Budi belum menyebut pihak mana yang akan jadi penjamin emisi atau underwriter pada IPO tersebut.

Sebagai informasi, APG merupakan anak usaha Adhi Karya yang bergerak di bidang konstruksi gedung bertingkat tinggi atau high-rise building. Proyek terbaru yang tengah digarap oleh APG adalah Lavaya Private and Premium Resort di Benoa, Bali. Proyek ini dikembangkan oleh PT Properti Bali Benoa (Ganda Land) dengan nilai investasi sekitar Rp 1 triliun.


Kemudian untuk ACP, Budi mengatakan bahwa listing baru bisa dilakukan pada akhir tahun ini, tepatnya November. Pasalnya, Adhi Karya terlebih dahulu akan menyuntikkan modal kepada ACP sebelum melakukan IPO. “Akan kami suntikkan modal terlebih dahulu sebesar Rp 800 miliar untuk keperluan pembelian tanah di sekitar stasiun light rail transit (LRT) Jakarta Bogor Depok Bekasi (Jabodebek),” kata Budi di Jakarta (15/2).

Adhi Karya telah menyuntikkan dana sebesar Rp 3 triliun kepada ACP. ACP merupakan anak usaha Adhi Karya yang berfokus pada pengembangan kawasan hunian dengan konsep transit oriented development (TOD) di sekitar stasiun LRT Jabodebek. ACP merupakan hasil pemisahan unit usaha atau spin off departemen TOD dan Hotel Adhi Karya pada Juni 2018 lalu.

Lebih lanjut Budi menyebut saham yang akan dilepas oleh dua anak usaha Adhi Karya melalui IPO ini berkisar 30%-35% dari keseluruhan saham yang ada. “Melalui IPO ini diharapkan APG bisa meraup dana sekitar Rp 1,5 triliun-Rp 2 triliun sedangkan ACP diharapkan bisa meraup dana lebih besar, sekitar Rp 4 triliun-Rp 5 triliun,” ungkap dia.

Asal tahu saja, rencana IPO dua anak usaha emiten plat merah ini sudah mencuat sejak tahun lalu. Tapi IPO ini urung dilakukan lantaran kondisi pasar modal yang dinilai kurang baik, khususnya bagi sektor properti. Sebagaimana diketahui, dalam beberapa tahun kinerja sektor properti melambat, dan kini harus dihadapkan pada tantangan suku bunga tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati