ADHI mencari cara mengungkit kinerja



JAKARTA. Kinerja PT Adhi Karya Tbk (ADHI) tahun lalu kurang memuaskan. Laba bersih perusahaan konstruksi ini turun 32,4% dibanding laba bersih tahun sebelumnya menjadi Rp 313,45 miliar.

Meski begitu, analis menilai penurunan laba bersih ADHI bukanlah hal yang buruk. Pasalnya, di 2015 lalu, laba bersih ADHI memang naik tajam akibat surplus revaluasi harga tanah sebesar Rp 414 miliar.

Dengan demikian, penurunan laba bersih di periode 2016 tidak lantas mencerminkan performa yang buruk. "Pendapatan ADHI tercatat masih naik," kata David Sutyanto, Analis First Asia Capital, kepada KONTAN, Rabu (22/2).


Pendapatan ADHI meningkat 17,83% menjadi Rp 11,06 triliun dari tahun sebelumnya. Perolehan kontrak baru ADHI di 2016 juga naik 8,2% menjadi Rp 11,46 triliun. Secara total, order book perusahaan konstruksi pemerintah ini naik 26,2% ke Rp 21,48 triliun.

Sementara ADHI juga masih mengerjakan proyek pembangunan kereta ringan (LRT) sepanjang 43 kilometer di Jabodetabek. Proyek tersebut bernilai Rp 23,3 triliun. Menurut David, komitmen pemerintah membantu menyelesaikan proyek pada tahun 2019 akan meningkatkan prospek kinerja ADHI ke depan.

Analis Ciptadana Securites Arief Budiman mengatakan, peningkatan pendapatan berasal dari segala lini bisnis ADHI. Pendapatan ADHI di sektor konstruksi tumbuh 15% mencapai Rp 9,2 triliun, sehingga margin laba kotor naik menjadi 14,1% tahun lalu. Tapi beban dari segmen engineering, procurement, and construction (EPC) naik dua kali lipat menjadi Rp 1,41 triliun.

Bisnis properti

Pendapatan ADHI meningkat tidak hanya dari jasa konstruksi LRT, namun juga dari bisnis properti. Apalagi, perusahaan pelat merah ini mulai memasarkan properti di sekitar stasiun LRT tahun ini.

David memprediksi 42,6% laba bersih ADHI tahun ini akan disumbang anak usaha, yakni Adhi Persada Properti. Sementara Adhi Persada Gedung menyumbang 38,2% dan PT Adhi Persada Beton menyumbang 2,2%. "Margin laba ketiga entitas anak itu lebih tinggi dari bisnis utama ADHI," kata David.

ADHI punya belanja modal untuk pengembangan kawasan di sekitar akses transportasi atawa transit oriented development (TOD) Rp 1,4 triliun tahun ini. Rinciannya, Rp 1 triliun untuk akuisisi lahan dan Rp 400 miliar untuk pengembangan lahan di sekitar proyek stasiun LRT. "Target marketing sales TOD Rp 1,3 triliun," kata Franky Rifan, Analis Mirae Aset Sekuritas.

Hingga Januari, ADHI sudah mengamankan 58,3 hektare (ha) tanah dekat tujuh koridor transit LRT. Franky mengestimasi bisnis properti ADHI akan berkontribusi hingga Rp 1,2 triliun tahun ini.

Tapi, Franky masih meragukan pendanaan ADHI, karena besarnya nilai proyek LRT. Ia merekomendasikan  hold saham ADHI dengan target harga Rp 2.390 per saham.

Arief memprediksi, Laba ADHI tumbuh 11% menjadi Rp 729 miliar tahun ini. Ia merekomendasikan buy dengan target Rp 2.300 per saham. David melihat valuasi wajar ADHI Rp 3.200-Rp 5.200. Jadi, harga saat ini undervalue dibanding fundamentalnya. Ia merekomendasikan buy dengan target harga Rp 3.500 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie