ADHI pangkas target pendapatan 2013



JAKARTA. Dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akhirnya harus diakui oleh perusahaan jasa konstruksi pelat merah. Paling tidak, hal ini sudah dilakukan PT Adi Karya Tbk. Emiten berkode saham ADHI itu terpaksa memangkas target pendapatan tahun 2013 sebanyak Rp 3 triliun.

Awalnya, manajemen BUMN itu percaya diri bisa meraup pendapatan hingga Rp 13 triliun tahun ini. Namun, belakangan, target itu diturunkan menjadi hanya Rp 10 triliun. “Saya awalnya merencanakan pendapatan itu Rp 13 triliun. Namun setelah kita review, Juni kemarin itu turun karena slow down,” kata Kiswodarmawan, Direktur Utama ADHI kepada KONTAN, Minggu (6/10).

Sementara itu, untuk target laba bersih 2013, belum ada konfirmasi dari manajemen apakah akan direvisi atau tidak. Yang jelas, sebelumnya, target laba bersih ADHI pada 2013 adalah Rp 454 miliar.


Kiswo yakin target pendapatan perusahaan yang telah direvisi tersebut bisa diraih. Pasalnya, manajemen sudah memperhitungkan pemasukan dari kontrak-kontrak lama dan kontrak baru yang sudah diperoleh.

Menurut Kiswo, salah satu sumber pendapatan terbesar yang menyumbang pemenuhan targetnya itu adalah pengerjaan proyek Apron 3 terminal Bandara Soekarno Hatta. Kata dia, proyek yang diprediksi akan selesai pada Apil 2014 itu memberi pemasukan lebih dari Rp 1 triliun.

Revisi target pendapatan itu tetap dilakukan meski pada semester I-2013, ADHI berhasil mendongkrak pendapatannya 87,52% year on year (yoy) menjadi Rp 3,329 triliun. Nah, masalahnya, kenaikan nilai pendapatan itu juga diikuti dengan lonjakan beban yang ditanggung ADHI.

Pada periode tersebut, beban pokok pendapatan Adhi Karya naik dari Rp 1,591 triliun menjadi Rp 3,017 triliun. Kenaikan beban tersebut terjadi di lini bisnis jasa konstruksi, EPC, dan properti.

Lonjakan beban yang paling besar terjadi bisnis EPC, yaitu dari Rp 169,77 miliar menjadi Rp 1,017 triliun. Artinya, terjadi kenaikan hingga 499,62%. Berikutnya, beban bisnis properti naik 446, 33% dan di jasa konstruksi sekitar 40,5%.

Nah, hingga tahun 2013 berakhir, tekanan yang dihadapi perusahaan jasa konstruksi termasuk ADHI, sepertinya belum berhenti. Betul, nilai tukar rupiah memang sudah membaik. Tapi posisinya masih tertahan di atas Rp 11.000 per dollar AS, atau lebih tinggi ketimbang posisi awal tahun yang di kisaran Rp 9.600-an per dollar AS.

Dampaknya, harga bahan material yang menggunakan patokan dollar AS ikut terkerek. Berdasarkan catatan KONTAN sebelumnya, harga besi beton sudah naik 10%-15% akibat pelemahan rupiah. Kondisi serupa juga terjadi pada harga barang kebutuhan konstruksi lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tedy Gumilar