ADHI sulit meraih target proyek tahun ini



JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) terus mengejar kontrak baru untuk meraih target sepanjang 2010, Rp 9,8 triliun. Hingga saat ini, proyek baru yang sudah diraih emiten BUMN tersebut baru senilai Rp 6,3 triliun. Artinya, ADHI masih membutuhkan proyek baru senilai Rp 3,5 triliun.

Sejumlah analis saham yang dihubungi KONTAN pesimistis ADHI bakal mampu meraih target kontrak baru di 2010. Maklum, tahun ini tersisa hanya sebulan. "ADHI butuh waktu lebih panjang untuk mencapai target kontrak baru," kata Adrianus Bias Prasuryo, Analis Samuel Sekuritas Indonesia.

Belum lama ini, divisi engineering, procurement and construction (EPC) ADHI sukses memenangi tender pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Balikpapan yang nilainya Rp 2,3 triliun. PLTU di Kalimantan Timur tersebut memiliki kapasitas 2x100 Megawatt (MW).


Kurnadi Gularso, Sekretaris Perusahaan ADHI, menjelaskan, dalam proyek ini ADHI bekerja sama dengan Sinohydro Corporate Limited dari China. "Kami yang menjadi leader," jelas dia.

Manajemen ADHI belum menjelaskan sumber pendanaan proyek tersebut. Namun jika melihat laporan keuangan per 30 September 2010, ADHI masih punya kas Rp 288,82 miliar. Pada tanggal itu, ADHI juga menyimpan saldo laba senilai Rp 554,55 miliar.

Divisi EPC milik perseroan ini terlibat dalam pembangunan sejumlah pembangkit listrik. Salah satu proyek pembangkit listrik ADHI yang masih dalam tahap konstruksi adalah PLTU Tarahan, Lampung senilai Rp 2 triliun.

Saat ini ADHI masih menunggu beberapa kontrak baru dari tender lima ruas tol senilai Rp 2,7 triliun. Menurut Kurnadi, lima ruas jalan tol yang dibidik ADHI terdiri dari tiga ruas tol di Pulau Jawa senilai Rp 2 triliun dan dua ruas tol dalam kota dengan nilai Rp 750 miliar.

Proyek tertunda

Maria Renata, Analis Mandiri Sekuritas melihat, pada tahun ini banyak tender proyek pemerintah yang tertunda. "Target proyek yang dipatok mungkin bisa tercapai, namun waktu pengerjaannya menjadi lebih panjang," jelas dia.

Adrianus menambahkan, perusahaan konstruksi yang mengandalkan proyek pemerintah atau BUMN bakal kesulitan memasukkan nilai proyek baru yang diperolehnya ke laporan keuangan 2010. Dia memperkirakan pendapatan ADHI hingga akhir tahun ini akan berkisar Rp 6,12 triliun dengan laba bersih Rp 138 miliar.

Para analis tadi mengaku prihatin dengan pelaksanaan proyek pemerintah. Di awal tahun, pemerintah begitu optimistis sektor konstruksi akan tumbuh cepat seiring pertumbuhan ekonomi. Tapi realisasi belanja infrastruktur di tahun ini justru lamban.

Atas dasar itu, baik Adrianus maupun Maria merekomendasikan tahan terhadap saham ADHI dengan target harga masing-masing sebesar Rp 1.040 dan Rp 800 per saham. "Akan ada perubahan rekomendasi, tapi masih kami review," jelas Maria.

Mastono Ali, Analis CIMB GK Securities melihat, secara teknikal pergerakan ADHI masih lemah. Ia menyarankan, investor menjual ADHI jika harganya naik menjadi Rp 950 per saham. Pada Senin (22/11), harga ADHI susut 1,08% menjadi Rp 920 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini