KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergerak di bisnis mobilitas dan logistik, PT Adi Sarana Armada Tbk baru menyerap Rp 450 miliar capital expenditure (capex) sejauh ini. Emiten berkode
ASSA itu menyebut, realisasi belanja modal atau capex tahun ini memang sedikit melambat. "Karena adanya keterbatasan pasokan mobil global serta penerapan PPKM selama dua bulan terakhir ini," ujar Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada Tbk Prodjo Sunarjanto kepada Kontan.co.id, Jumat (17/9). Sebagai gambaran, hingga September 2021, jumlah armada yang dimiliki ASSA mencapai 27.000 unit mobil. Adapun ASSA memiliki rencana menambah 5.000 hingga 6.000 unit mobil baru setiap tahunnya.
Asal tahu saja, sepanjang tahun 2021, emiten yang melantai di bursa sejak tahun 2012 itu menganggarkan capex sebesar Rp 1,2 triliun hingga Rp 1,5 triliun. Mayoritas penggunaannya untuk bisnis rental, khususnya untuk pembelian mobil baru.
Baca Juga: Bisnis lelang Adi Sarana Armada (ASSA) tumbuh 13% pada semester I 2021 Sementara itu, sebesar Rp 120 miliar dari capex tersebut dialokasikan untuk bisnis lelang. Spesifiknya, untuk pembelian tanah dan bangunan, serta sarana dan prasarana untuk kebutuhan lelang oleh JBA. Asal tahu saja, PT JBA Indonesia adalah situs lelang mobil/ motor bekas secara online yang berada di bawah naungan ASSA. Lebih lanjut dijelaskan, bisnis rental termasuk bisnis yang paling stabil meskipun adanya pandemi. Mengingat, mayoritas pelanggan bisnis rental ASSA merupakan korporasi dengan kontrak jangka panjang yaitu satu hingga empat tahun " Untuk tahun ini kami optimis bisnis rental masih dapat bertumbuh, meskipun pertumbuhannya lebih moderat dibandingkan dengan pertumbuhan Anteraja yang eksponensial," kata Prodjo kepada Kontan.co.id. Pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir memang menjadi tantangan bagi seluruh sektor bisnis, termasuk bisnis yang dijalankan ASSA. Untuk saat ini, ASSA menghadapi kendala dalam pengadaan mobil baru yang disebabkan oleh penerapan PPKM yang diberlakukan oleh pemerintah sejak dua bulan lalu, serta kendala lain yang bersifat global. Melihat kondisi ini, manajemen ASSA justru melihat peluang pasar baru seperti sektor pemerintahan untuk bisnis rental. Selain itu, untuk bisnis kurir ekspress Anteraja, ASSA juga terus menangkap peluang pasar baru selain dari e-commerce, mulai dari menyiapkan program untuk social commerce dan juga untuk ritel. "Kami percaya kehadiran e-commerce, fintech, digital payment, dan penggunaan teknologi digital akan menjadi mesin pertumbuhan yang baru seiring dengan peningkatan pengguna internet yang didorong oleh perubahan kebiasaan belanja masyarakat ke sistem online," tutupnya.
Saham naik signifikan
Harga saham ASSA tercatat sudah naik signifikan sejak awal tahun. Emiten berkode ASSA itu tercatat mengalami kenaikan harga saham hingga 344,57% secara year to date (ytd) menjadi Rp 3.200 per saham. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengungkapkan, melihat chart mingguan, indikator pergerakan ASSA masih cenderung menguat. Ditambah, tekanan beli yang relatif cukup besar dalam sepekan ini. Untuk pergerakan selanjutnya kami memperkirakan ASSA akan menguji area 3.380 terlebih dahulu. Para pelaku pasar dapat mencermati support ASSA terdekatnya di 2.780. "Bila ASSA bergerak terkoreksi agresif dan turun di bawah support ada baiknya untuk merealisasikan keuntungannya terlebih dahulu," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/9). Sementara itu, dalam riset BRIDanareksa Sekruitas yang dirilis Senin (13/9) diungkapkan, saham ASSA direkomendasikan beli dengan target harga Rp 3.400 per saham. Analis BRIDanareksa Sekuritas Ignatius Teguh Prasetya dalam risetnya menjelaskan, ASSA masih akan mencatatkan perbaikan kinerja ke depan. Kinerjanya akan didukung segmen logistik melalui Anteraja yang mengalami pertumbuhan. Selain itu, membaiknya segmen transportasi dan segmen penjualan mobil bekas seiring mobilitas yang meningkat juga akan menopang ASSA. Ia memprediksi pendapatan ASSA akan mencapai Rp 4,59 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 191 miliar.
Adapun hingga semester I 2021 ASSA berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 2,11 triliun atau naik 50,71% dibanding semester I 2020 yang tercatat Rp 1,40 triliun. Sementara itu, laba bersih ASSA juga meningkat 68,77% menjadi Rp 73 miliar pada semester I-2021. Pada periode yang sama tahun lalu tercatat Rp 43 miliar.