KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten rental mobil, PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) menyebutkan hingga semester I 2024 telah menyerap capex sebesar Rp577,6 miliar dari alokasi dana senilai Rp1,3 triliun hingga Rp1,5 triliun. Jerry Fandy
Corporate Secretary ASSA menjelaskan penggunaan capex mayoritas digunakan untuk peremajaan dan pembelian unit kendaraan pada bisnis rental "Hingga paruh pertama 2024, ASSA telah menggunakan capex sebesar Rp577,6 miliar untuk kebutuhan bisnis rentalnya," ujarnya kepada Kontan, Rabu (11/9).
Dia melanjutkan, pada paruh pertama 2024, kinerja Perseroan tercatat baik dengan adanya peningkatan laba bersih 84,58% YoY di angka Rp128,42 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2023 di angka Rp69,57 miliar. Pendapatan ASSA tercatat menurun tipis 0,87% di angka Rp2,36 triliun YoY dari Rp2,38 triliun di semester I 2023. Jerry menyampaikan peningkatan laba bersih ini berkat efisiensi yang dilakukan Perseroan khususnya di anak usaha Anteraja serta mulai bersinerginya ekosistem logistik Perseroan dengan CargoShare Logistics. Selain itu, lanjut dia, unit bisnis penjualan kendaraan bekas juga memberikan kontribusi peningkatan terhadap laba operasional yang cukup signifikan.
Baca Juga: Adi Sarana Armada (ASSA) Targetkan Lini Bisnis Logistik Tumbuh Double Digit "Bsnis rental menjadi pendorong utama yang menyumbang 39% dari total pendapatan ASSA. Diikuti oleh bisnis express dan logistik yang berkontribusi sebesar 37%. Bisnis penjualan kendaraan bekas dan lelang menyumbang 23%, dan sisanya adalah lainnya," imbuhnya. Melihat semester II 2024, ASSA optimistis kinerja yang positif terus berlanjut bahkan bisa lebih baik. Pada segmen bisnis masih diproyeki ASSA terus bertumbuh sejalan dengan pertumbuhan GDP negara sehingga pasarnya masih sangat luas dan growing. Tahun ini, Perseroan lebih konservatif dalam memilih pelanggan-pelanggannya seiring dengan banyaknya ketidakpastian ekonomi. Adapun sampai dengan pertengahan tahun ini, ASSA memiliki sekitar 30.000-unit armada. Pertumbuhan jumlah unit armada Perseroan sejalan dengan meningkatnya permintaan dari pelanggan B2B yang terus meningkat setiap tahunnya. Senada, dari segmen bisnis logistik, ASSA menilai prospek bisnis logistik masih sangat menjanjikan ke depannya. Jerry menjabarkan, Indonesia merupakan negara kepulauan yang menanggung biaya logistik yang sangat mahal, bahkan bisa mencapai 25-30% dari GDP negara. Logistik yang terintegrasi akan menjadi salah satu solusi untuk meminimalisir biaya. Sebagian besar perusahaan masih menggunakan
multiple logistic suppliers, dimana pada masing-masing fase dari
first mile (logistik dari warehouse ke distribution center),
mid mile (logistik antar
distribution center atau ke toko-toko), hingga
last mile (logistik langsung ke
end customer), atau pada beberapa wilayah terdapat partner logistic yang berbeda-beda sehingga secara umum menghasilkan biaya yang lebih tinggi dan tidak terintegrasi. "Di dukung dengan pengalaman Perseroan >15 tahun di bidang logistik, ASSA akan terus mengembangkan segmen ini kedepannya sebagai upaya pertumbuhan performa bisnis logistik Perseroan selanjutnya. Untuk menangkap peluang pertumbuhan permintaan dari kebutuhan logistik, Perseroan secara aktif terus mengembangkan bisnis logistiknya agar menjadi
end-to-end logistics solution, terutama pada segmen pasar B2B," paparnya. Sementara itu, Cargoshare sebagai bendera baru logistik Perseroan akan mendukung semua layanan solusi logistik terintegrasinya mulai dari
trucking, fleet management, warehouse management, akses langsung ke
end customer, hingga berbagai layanan lainnya dari first, mid, hingga last mile logistic. Lebih jauh, tahun ini ASSA menargetkan pada pengembangan portofolio layanan end-to-end yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dari segmen B2B dan berkontribusi positif bagi pendapatan dan laba Perseroan di tahun ini. Jerry menyampaikan, sejak pengembangan Cargoshare dimulai, pelayanan tersebut telah menambahkan sejumlah portofolio logistiknya dan mendapatkan berbagai pelanggan-pelanggan baru, seperti masuk ke
cold chain logistic (vs sebelumnya hanya
dry logistic) di kebutuhan trucking
(refer truck) hingga kebutuhan
cold storage, logistik Halal tersertifikasi, manajemen Gudang (vs sebelumnya hanya sebagai fulfilment B2C), hingga baru-baru ini Perseroan mulai masuk ke green logistic melalui penggunaan kendaraan EV. Lalu di segmen bisnis kendaraan bekas, melalui anak usaha, ASSA melihat pasarnya juga masih sangat besar, terutama dengan semakin mahalnya harga mobil baru berpotensi memiliki dampak positif juga bagi Perseroan. Sebagai anak perusahaan, Autopedia Sukses Lestari (ASLC) akan terus meningkatkan layanannya untuk menjadi penyedia mobil bekas yang terpercaya. Salah satunya dengan memberikan garansi 7G+ untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan, hingga melakukan ekspansi jumlah showroom bisnis
Online-to-Offline Used Car dealer (Caroline) nya untuk memperluas jangkauan pasarnya. ASSA juga terus mengembangkan bisnis barunya, Gadai melalui PT Autopedia Sukses Gadai, dengan terus memperkuat ekosistem dealer mobil bekas dalam melakukan transaksi di Balai Lelang JBA melalui pembiayaan modal kerja jangka pendek berbasis gadai dan diharapkan dapat mencetak pertumbuhan kinerja yang jauh lebih baik. "Secara keseluruhan, ASSA akan terus kembangkan bisnisnya secara organik dan juga membuka peluang pertumbuhan anorganik untuk dapat mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan," pungkasnya.
Asal tahu saja, beban pokok ASSA turun 7,08% YoY menjadi Rp1,69 triliun dari 1,82 triliun di semester I 2023. Laba bruto naik 19% menjadi Rp676,67 miliar di semester I 2024 dari Rp568,62 miliar. Jumlah aset tercatat berada di angka Rp7,68 triliun YTD, dari akhir 2023 di angka Rp7,33 triliun. Liabilitas ada di angka Rp4,94 triliun, naik dari 4,73 triliun di angka 2023. Lalu ekuitas perseroan ada di angka Rp2,74 triliun dari Rp2,6 triliun.
Baca Juga: Fokus Kembangkan Bisnis B2B dan Rental, Adi Sarana Armada Serap Capex Rp324 Miliar Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati