KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pembiayaan (multifinance), PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (
ADMF) atau Adira Finance menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp 27,8 triliun pada September 2024. Chief of Financial Officer Adira Finance, Sylvanus Gani mengatakan bahwa 76% dari pembiayaan baru tersebut merupakan pembiayaan otomotif dan sisanya adalah pembiayaan non-otomotif. Namun, Gani mengatakan bahwa kinerja industri otomotif akan sedikit menurun atau flat ke depannya. Prospek ini mempertimbangkan kondisi industri otomotif yang masih belum membaik serta kondisi ekonomi yang juga masih menantang.
Kendati demikian, dia menuturkan bahwa Adira Finance akan terus menerapkan berbagai inisiatif strategi untuk mendorong kinerja bisnis di tengah tantangan persaingan yang semakin ketat. Terlebih,
adanya pelemahan kinerja di industri otomotif serta faktor makro ekonomi yang masih bergejolak.
Baca Juga: Kebijakan Uang Muka Kredit Kendaraan 0% Diperpanjang hingga Akhir 2025 “Adapun strategi tersebut yakni, dengan terus melakukan ekspansi bisnis secara selektif ke daerah-daerah yang memiliki potensi tinggi,” kata Gani kepada Kontan.co.id, Selasa (22/10) Gani menambahkan, Adira Finance juga terus mengembangkan bisnis non-otomotif seperti produk multiguna. ADMF juga akan memperkuat kolaborasi dengan grup untuk meningkatkan
customer base, terus meningkatkan
customer retention melalui penawaran yang lebih baik, serta perbaikan proses, seiring dengan inisiatif untuk memperbaiki struktur biaya agar lebih bersaing dengan melakukan proses digitalisasi. Sebagai informasi, OJK mencatat pembiayaan yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan terhadap sektor usaha menengah mengalami penguatan secara tahunan, yakni per Agustus 2024 sebesar Rp 67,01 triliun atau naik 36,04%
year-on-year (YoY). Sementara itu, untuk pembiayaan ke kategori usaha mikro dan kategori kecil kompak turun dibandingkan dengan Agustus 2023.
Baca Juga: Pembiayaan Kendaraan Listrik Adira Finance Tumbuh Pesat, Mencapai Rp 290 Miliar Gani menilai, penurunan pembiayaan ke segmen usaha mikro dan kecil berkaitan dengan penurunan jumlah kelas menengah yang tengah terjadi saat ini. Pasalnya, segmen usaha mikro dan kecil umumnya menyasar kepada konsumen kelas menengah ke bawah. Meskipun demikian, dia menuturkan bahwa pihaknya percaya akan adanya peluang dan potensi untuk pembiayaan usaha di berbagai segmen, mulai dari mikro, kecil, menengah, hingga kelas atas masih terbuka di masa mendatang.
“Maka dari itu, dalam memenuhi kebutuhan setiap segmen tersebut, kami menerapkan strategi segmentasi yang lebih terstruktur, serta menawarkan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dari masing-masing kelas usaha," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati