Adrian : Menebar properti di banyak negara



JAKARTA. Setiap instrumen investasi selalu menghadirkan risiko baik kecil maupun besar. Kesadaran akan risiko membuat Adrian Ooi, Co-founder & Direktur PT Inovisi Infracom Tbk selalu berusaha menyebar investasinya di beberapa negara dan instrumen yang berbeda.

"Dalam investasi, kita harus fleksibel agar risiko juga bisa tersebar," saran Adrian. Strategi menyebar investasi di banyak negara memang sangat dipengaruhi oleh perjalanan karier Adrian. Ayah empat orang anak ini menghabiskan masa kecil hingga sebelum kuliah di Malaysia.

Adrian kemudian memutuskan merantau ke Australia mengejar impian masuk perguruan tinggi Curtin University. Saat itu, dia mengaku belum investasi secara rutin.


Adrian baru disiplin saat bekerja. Dia rajin menyisihkan 20% penghasilannya dari hasil bekerja di Ernst & Young (E&Y) Malaysia. Lulusan akutansi dan hukum ini memilih menabung pendapatan. Strategi tersebut dilakukan selama tiga tahun.

Adrian kemudian memilih berinvestasi di properti. Dia menilai investasi di properti memberikan imbal hasil (capital return) lebih tinggi. "Saya beli landed house di Kuala Lumpur yang selain dari tabungan juga dari pinjaman bank," ujar Adrian.

Investasi Adrian mulai bertambah saat pindah bekerja ke perusahaan konglomerasi Malaysia, The Lion Group. Adrian gencar menambah kepemilikan properti. Namun saat itu kepemilikan properti baru di Kuala Lumpur saja.

Saat Adrian hijrah ke Australia. Kepemilikan properti Adrian makin beragam. Tak hanya di Malaysia, Adrian membeli rumah di Singapura, Australia dan Selandia Baru. Sekarang, portofolio investasi properti Adrian mencapai US$ 30 juta.

Pilihan investasi Adrian tak hanya properti. Dia kemudian membuat bisnis sendiri yang bergerak di bisnis air mineral. Bisnis tersebut didirikan dan dijalankan bersama beberapa kolega.

"Saya investasi US$ 1 juta dan sampai sekarang saya masih punya saham sekitar 10%," ujar Adrian. Perusahaan mampu menghasilkan pendapatan US$ 30 juta - US$ 40 juta per tahun.

Adrian kemudian membuat usaha lagi yaitu Grup Inovisi. PT Inovisi Infracom Tbk menjadi emiten di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham INVS. Perusahaan tersebut bergerak di bidang teknologi informasi. Tak puas di bisnis teknologi, Adrian melalui Inovisi merambah bisnis batubara.

Investasi jam tangan

Urusan memilih portofolio saham, Adrian memang pilih-pilih. Dia hanya mau berinvestasi saham di perusahaan yang didirikan. Dia beralasan investasi di saham perusahaan lain itu kurang bagus karena kita tidak tahu langsung kondisi perusahaan itu seperti apa.

Adrian juga tidak mau berinvestasi di instrumen yang tidak bisa dikontrol sendiri seperti reksadana. "Saya ingin mengontrol semuanya, jadi untung dan ruginya itu karena strategi saya sendiri," ujar Adrian.

Investasi unik yang dimiliki Adrian adalah jam tangan. Menurut dia, jam tangan bisa memberi imbal hasil bagus dalam jangka panjang.

Koleksi jam tangan Adrian saat ini ada delapan. Dia mengaku tidak fanatik pada satu merek. Adrian mempunyai beberapa merek. Seperti Hublot, Tag Heuer maupun Rolex.

Adrian bercerita, harga jual jam tangan bisa naik tinggi. Dia memberi contoh di tahun 1993 membeli jam tangan Tag Heuer edisi terbatas senilai Rp 30 juta. Harga jam tangan yang digunakan saat pernikahan sekarang sudah naik tiga kali lipat menjadi Rp 100 juta.

Meski begitu, Adrian tidak berniat menjual seluruh jam tangan yang dimilikinya. Dia mengaku memang hobby mengumpulkan jam tangan tersebut. "Kalau saya sampai jual, berarti kondisi keuangan saya sudah sangat buruk" kelakar Adrian. nInvestasi Bersama Sejak Masih PacaranInvestasi bersama dengan pasangan tidak hanya dilakukan setelah menikah. Adrian Ooi, Co-Founder & Direktur PT Inovisi Infracom Tbk mengaku, sudah melakukan investasi bersama istrinya, Adelaine Teoh Geok Poh sejak masih berstatus pacaran.

Investasi pertama mereka adalah properti di Kuala Lumpur, Malaysia. Adrian yang saat itu masih bekerja di Ernst & Young (E&Y) mengaku menyisihkan gaji untuk membeli rumah. "Kami berdua menyisihkan sebagian gaji kami untuk membayar cicilan rumah kami di sana," kata Adrian.

Risiko berinvestasi sejak masih pacaran memang cukup besar. Sebab sangat mungkin hubungan keduanya putus di tengah jalan. Hubungan Adrian dan Adelaine semasa pacaran pun sering dihinggapi perselisihan.

Namun, pasangan suami istri tersebut ternyata berhasil melalui rintangan tersebut menikah di tahun 1993. Kuncinya adalah komunikasi dan kompromi. "Kami tidak pernah melihat ke belakang. Pokoknya, kami selalu yakin bahwa kami akan terus bersama hingga mati," ujar Adrian.

Prinsip seperti itu membuat Adrian dan Adelaine bisa terus melanjutkan hubungannya ke pelaminan dan bertahan hingga dikaruniai empat orang anak seperti sekarang. Sampai sekarang keduanya terus menambah portofolio investasi bersama.

Salah satunya adalah bisnis di Inovisi. Saat ini, Adelaine duduk sebagai komisaris sementara Adrian menjadi direktur . "Istri saya juga yang mengontrol penuh investasi properti kami," ungkap Adrian.

Portofolio Investasi Adrian Ooi

Saham 70%

Properti 25%

Jam tangan 5%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana