KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pembagian dividen interim menjelang akhir tahun masih semarak. Kontan.co.id mencatat, setidaknya ada empat emiten yang akan membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Salah satunya yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI). Emiten perbankan pelat merah ini baru saja mengumumkan pembagian dividen kepada pemegang sahamnya. Nilai dividen tersebut senilai Rp 12,7 triliun. Besaran dividen tersebut setara dengan Rp 84 per saham. Sebagai perbandingan, angka ini lebih besar dari dividen interim yang dibagikan BBRI pada tahun lalu yang sekitar Rp 57 per saham atau total Rp 8,63 triliun.
Pada perdagangan Selasa (19/12), saham BBRI ditutup menguat 0,91% ke level Rp 5.550 per saham. Dengan demikian, estimasi
dividend yield yang dihasilkan BBRI sebesar 1,51% yang didapat dengan membandingkan harga saham terakhir BBRI dengan dividen per saham.
Baca Juga: Rutin Bagikan Dividen, Intip Prediksi Besaran Dividen Final Adaro Energy (ADRO) Selanjutnya, ada PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO). Emiten pertambangan Batubara ini akan membagikan dividen interim kepada pemegang sahamnya sebesar US$ 400 juta. ADRO belum menentukan besaran per saham yang akan diterima pemegang saham. Namun demikian, jika dikonversikan ke rupiah, maka total dividen interim ADRO mencapai sekitar Rp 6,21 triliun. Dengan total saham ADRO sebanyak 30,88 miliar, maka dividen interim ADRO kurang lebih Rp 200,98 per saham dengan estimasi yield 7,73%. Menurut Head of Business Development FAC Sekuritas Kenji Putera Tjahaja, secara besaran yield ADRO memang cukup menarik. Semenjak 2021, nilai dividen per saham ADRO pun cukup baik. Namun, investor perlu melihat faktor frekuensi dividen yang dibayarkan. “Contohnya BBRI, yang secara historikal cukup generous dalam membagikan dividen secara rutin,” kata Kenji kepada Kontan.co.id, Selasa (19/12).
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Bagikan Dividen Interim US$ 400 Juta, Intip Jadwalnya Dalam keterangan resmi, Senin (19/12), Direktur Utama BBRI Sunarso bilang pembagian dividen ini merupakan upaya BBRI untuk memberikan economic value utamanya bagi para
shareholders. “Kami optimistis akan mampu untuk terus
create value dan memberikan
return yang optimal kepada pemegang saham,” ujarnya Lebih lanjut, Sunarso bilang BBRI memiliki potensi untuk membagikan dividen
payout ratio lebih tinggi dari kondisi normal. Hal tersebut telah dicapai ketika BBRI membayarkan 85% dari
net profit tahun 2021 dan 2022 kepada pemegang saham sebagai dividen. Di sisi lain, jika dibandingkan dengan tahun lalu, dividen interim yang dibagikan ADRO memang lebih rendah. Tahun lalu, ADRO membayar dividen interim hingga US$ 500 juta.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan menilai, mengingat rencana jangka pendek dan menengah ADRO, dia berekspektasi
dividend payout ratio ADRO untuk tahun ini berada di kisaran 35% sampai 40%. “Dengan mengasumsikan
dividend payout ratio tersebut, maka kisaran
final dividend nanti kemungkinan ada di US$ 135 juta sampai US$ 240 juta,” kata Rizkia kepada Kontan.co.id, Selasa (19/12).
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Bagikan Dividen Interim US$ 400 Juta, Intip Jadwalnya Sebagai perbandingan, dividen final ADRO tahun lalu mencapai US$ 500 juta, sehingga total dividen ADRO untuk tahun buku 2022 mencapai US$ 1 miliar, yang merupakan rekor tertinggi pembagian dividen emiten milik Boy Thohir ini. Dari sisi fundamental, Rizkia meramal kinerja keuangan ADRO tetap akan menurun secara
year-on-year di tahun depan. Hanya saja, berkaca pada basis kinerja secara kuartalan, Rizkia menilai penurunan kinerja ADRO sudah mulai melandai. Proyeksi dia, produksi ADRO tahun depan akan tetap berada di level 60 juta ton. Karena sebetulnya dengan harga jual batubara sekarang cenderung masih menguntungkan. Rizkia menilai yield yang dihasilkan ADRO cukup menarik. “Saya rasa ekspektasi yield lebih dari 7% masih menarik,” sambung dia.
Baca Juga: BRI Bagikan Dividen Interim Senilai Rp 12,7 Triliun Menurut Kenji, fundamental lagi-lagi menjadi aspek paling penting bagi tipikal investor
long-term, passive investor, dan juga dividen hunter. Akan tetapi, investor perlu mencatat harga saat melakukan masuk dan keluar. “Analisis teknikal juga tidak bisa dikesampingkan begitu saja dan harus tetap dijadikan pertimbangan,” kata Kenji. Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project William Hartanto menilai, likuiditas harus menjadi perhatian bagi investor yang mengincar dividen. “Karena kebiasaan harga saham turun setelah ex-date maka harus bisa mempermudah investor ritel untuk exit,’ kata William. Ambil contoh, saham RDTX memang kurang likuid, kendati
yield dividend yang ditawarkan cukup tinggi. Namun, menurut William hal ini masih bisa diakali dengan cara mencicil jual secara bertahap, apabila ada investor yang mau membeli saham ini untuk berburu dividen
Baca Juga: Asuransi Tugu Pratama (TUGU) Siap Tebar Spesial Dividen Kenji menilai saham BBRI masih menarik untuk bisa dilakukan
buy on weakness (BOW) di area Rp 5.400-Rp 5.450. William memberi rekomendasi saham-saham ini melihat secara teknikal pergerakan saham-saham ini cukup bagus. Sementara Rizkia menyematkan rating hold saham ADRO dengan target harga Rp 2.380 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli