JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) resmi masuk ke proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pemalang, Jawa Tengah. Bersama Itochu Group dan J Power Group, ADRO memenangkan tender proyek listrik milik PT PLN yang berkapasitas 2x1.000 Megawatt (MW). Dalam proyek yang nilainya berkisar US$ 3 miliar-US$ 3,5 miliar itu, ADRO mengempit 34% saham. ADRO menargetkan, pembangunan dimulai sejak kuartal keempat tahun ini atau awal tahun depan. Jadi, pembangkit itu sudah bisa beroperasi tahun 2016. Christine Salim, Analis Samuel Sekuritas meyakini, keberhasilan ADRO masuk ke Pemalang bakal berujung pada pertumbuhan produksi batubara di salah satu tambang ADRO, yaitu Wara.
Namun Anthony Yunus, Analis NISP Sekuritas menilai, PLTU Pemalang baru membawa dampak di jangka panjang. Setelah PLTU beroperasi, Anthony memperkirakan 20% produksi ADRO bisa terserap untuk PLTU. Anthony menilai harga pembelian batubara pembangkit Pemalang terbilang seimbang. Dari segi harga, Anthony menilai harga yang disepakati dengan PLN termasuk seimbang. Berdasarkan catatan KONTAN, konsorsium ADRO menawarkan listrik seharga US$ 5,79 sen per kwh. Produksi lipat ganda ADRO punya target ambisius melipatgandakan produksi batubaranya menjadi 80 juta ton di tahun 2014. Namun, ADRO merevisi menjadi 70 juta sampai 75 juta ton karena tekanan cuaca buruk. Pertimbangan lain, konsesi terbesar ADRO, Tutupan, sudah mencapai puncak kapasitas produksi. Sementara pembukaan konsesi Paringin tidak signifikan mengerek produksi batubara. Anthony memproyeksikan produksi ADRO bisa tumbuh 12%
compound annual growth rate (CAGR) selama tahun 2011-2014, atau di atas angka rata-rata industri yaitu 11%. Sedang Christine optimistis ADRO bisa memenuhi target produksinya. Bei Djody, Analis AAA Securities, memprediksi, ADRO bisa memproduksi 48 juta ton batubara di 2011, meski produksi batubara ADRO tahun ini bisa mencapai 48 juta ton. Padahal, produksi di kuartal pertama turun 7%
year-on-year menjadi 10,6 juta ton karena hujan deras. Meski turun, ADRO menikmati pendapatan lebih tinggi 11,7% daripada periode yang sama tahun lalu. Penyebabnya
average selling price (ASP) selama triwulan pertama 2011 senilai US$ 63 per ton, naik dari ASP tahun lalu. Proyek ADRO terkini selain Pemalang adalah pembangkit listrik di mulut-tambang berkapasitas 2x30 MW serta
out of pit crusher and conveyor (OPCC). Pembangkit itu bertujuan menekan konsumsi minyak ADRO. Sedang proyek kedua bermaksud memperlancar lalu lintas batubara. Pembangkit litstrik mulut-tambang ditargetkan selesai kuartal I-2013. Sedang OPCC dijadwalkan beroperasi secara komersil 2012. Bei menghitung, kedua proyek itu bisa meningkatkan margin kotor ADRO hingga 43%-44% sedang margin bersih naik 18%.
Christine dan Bei sama-sama merekomendasikan
buy untuk ADRO. Target harga dari Christine Rp 2.800 per saham sesuai
price to earning ratio (PER) di akhir 2012 sebesar 14,1 kali. Target harga Bei adalah Rp 2.700 per saham, yang mencerminkan PER di akhir 2011 18,9 kali. Rekomendasi Anthony adalah
hold dengan alasan ADRO tak memiliki katalis pertumbuhan kinerja dalam waktu dekat. Target harga versi Anthony Rp 2.658 mencerminkan PER 18,5 kali. Harga ADRO, Senin (4/7) menguat 1% menjadi Rp 2.525 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie