KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan sejumlah emiten farmasi kompak positif hingga periode sembilan bulan pertama tahun 2024. Hingga akhir kuartal III-2024, PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF) membukukan pertumbuhan laba sebesar 15,17%, mencapai Rp 2,37 triliun. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (
SIDO) mencatatkan kenaikan laba hingga 32,65% menjadi Rp 778,11 miliar.
PT Tempo Scan Pacific Tbk (
TSPC) juga mencatatkan hasil positif dengan laba sebesar Rp 1,08 triliun, tumbuh 13,17% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Tak ketinggalan, PT Soho Global Health Tbk (
SOHO) membukukan pertumbuhan laba sebesar 26,46% menjadi Rp 341,44 miliar.
Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) Dorong Produksi Vaksin Lokal, Cermati Rekomendasi Analis Emiten dengan kenaikan laba tertinggi adalah PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (
DVLA) yang mencatatkan lonjakan sebesar 47,65% atau mencapai Rp 147,38 miliar. Researcher Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menyampaikan bahwa pertumbuhan pada volume penjualan menjadi pendorong emiten farmasi mengalami pertumbuhan positif pada net income dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kendati begitu secara kinerja kuartalan beberapa emiten mengalami penurunan kinerja dibanding kuartal II 2024. Azis melihat pergerakan sahamnya sudah mencerminkan kinerja dari emiten farmasi, yang mana pelaku pasar sudah melakukan priced in terhadap beberapa saham farmasi. "Saat ini kami mencermati fluktuasi pergerakan rupiah yang bisa saja mempengaruhi dari sisi
cost perusahaan. Di sisi lain volume penjualan juga diharapkan bisa tumbuh mengingat adanya momen Natal dan Tahun Baru serta mulainya musim penghujan bisa mendorong sisi volume penjualan," kata Azis kepada Kontan, Kamis (7/11). Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat ada beberapa faktor yang berperan dalam pencapaian kinerja emiten farmasi.
Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) Siap Genjot Vaksin Produksi Lokal Pertama, peningkatan permintaan produk kesehatan dan farmasi pasca pandemi telah mendorong penjualan obat-obatan, vitamin dan produk herbal. "Kesehatan menjadi perhatian utama, sehingga konsumsi produk farmasi meningkat," ucap Hendra kepada Kontan, Kamis (7/11). Kedua, inovasi produk baru dan ekspansi distribusi turut membantu emiten seperti
KLBF dan
SIDO mengoptimalkan pasar yang lebih luas. Ketiga, efisiensi operasional juga turut menopang laba, terutama pada perusahaan seperti
SIDO dan
DVLA yang berfokus pada peningkatan margin. Di samping itu itu, Hendra juga menerangkan bahwa beberapa saham farmasi lainnya belum menunjukkan apresiasi yang optimal, sehingga membuka peluang akumulasi oleh investor. Di masa depan, prospek emiten farmasi tampaknya akan tetap positif, terutama dengan meningkatnya kesadaran kesehatan masyarakat dan strategi bisnis yang mendorong inovasi produk baru. Tak hanya itu, potensi stimulus pemerintah terhadap sektor kesehatan juga menjadi sentimen positif yang dapat mendukung prospek jangka panjang. Bagi investor dan pelaku pasar, kinerja positif ini menjadi sinyal penting. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sektor farmasi memiliki daya tahan yang cukup kuat, meskipun kondisi ekonomi kadang fluktuatif. Namun, penting juga untuk mencermati valuasi saham farmasi yang telah bergerak atau masih
undervalued. "Peluang investasi di saham farmasi yang memiliki kinerja keuangan baik dengan valuasi yang masih menarik dapat memberikan hasil optimal di masa mendatang," jelas Hendra. Hendra merekomendasikan
buy saham
KLBF dan
TSPC dengan target harga masing-masing Rp 1.770 dan Rp 2.850 per saham. Selain itu, ia juga merekomendasikan untuk
buy on weakness saham
SIDO di harga Rp 520 per saham dengan target harga Rp 625 per saham.
Sementara itu, Azis merekomendasikan untuk
trading buy TSPC dengan target harga Rp 2.760-Rp 2.770 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi