JAKARTA. Tahun ini merupakan tahun yang berat bagi para pemain kopi spesialti yang sering dikategorikan sebagai kopi premium. Volume ekspornya jalan di tempat, kemudian harganya juga turun di pasar global. Pranoto Soenarto, Wakil Ketua Kompartemen Industri Kopi Spesialti Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia mengatakan, ekspor kopi spesialti pada tahun ini sama seperti tahun lalu. "Indonesia mengekspor sekitar 180.000 ton kopi spesialti pada 2012," kata Pranoto. Sekitar 150.000 ton kopi premium ini dihasilkan dari daerah Sumatera utara, sedangkan sisanya dari Jawa, Ende, Bali dan Sulawesi.Melihat intensitas curah hujan yang tinggi, Pranoto tidak berani memasang target optimis untuk pertumbuhan ekspor kopi spesialti. Soalnya dengan kondisi cuaca seperti ini, akan menjadi lebih sulit untuk menghasilkan kopi spesialti. Ia khawatir jika hujan terus turun, tidak mustahil produksi kopi spesilti bakal melorot hingga 10%. "Kalau ada plus minus sekitar 10% hingga 20%," katanya. Meski kopi spesialti dihargai lebih tinggi dari kopi biasa di pasar internasional, Pranoto bilang harga kopi spesialti saat ini turun hingga 30%. Tahun lalu, kopi spesialti dibanderol dengan harga US$ 8 hingga US$ 9 per kilogram (kg). "Sekarang hanya sekitar US$ 6 per kg," kata Pranoto. Meski harga kopi spesialti sedang turun, Helena Soegandhi, Direktur PT Glen Navis Gunung Terong, Banyuwangi berniat untuk mendaftarkan produk kopinya sebagai kopi spesialti. "Dengan demikian saya bisa mendapatkan keuntungan lebih karena kopi spesialti dihargai lebih mahal," kata Helena. Saat ini, Helena memiliki perkebunan kopi seluas 875 hektare di Kalibaru, Banyuwangi. Kebun seluas itu bisa menghasilkan kopi sekitar 300 sampai 500 ton per tahun.Untuk mendapatkan sertifikasi kopi spesialti, produsen kopi harus meminta seorang R-Grader atau Q-Grader untuk menilai mutu dan kualitas kopinya. R-Grader adalah penilai kopi spesialti robusta, sementara Q-Grader adalah penilai kopi spesialti arabika. Veronica Herlina, bendahara Asosiasi Kopi Spesialti Indonesia alias Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) masih optimis kopi spesialti akan terus tumbuh. "SCAI sudah mengadakan lelang kopi spesialti 2 kali dan selalu diminati buyer," kata dia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
AEKI: tahun ini, industri kopi spesialti stagnan
JAKARTA. Tahun ini merupakan tahun yang berat bagi para pemain kopi spesialti yang sering dikategorikan sebagai kopi premium. Volume ekspornya jalan di tempat, kemudian harganya juga turun di pasar global. Pranoto Soenarto, Wakil Ketua Kompartemen Industri Kopi Spesialti Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia mengatakan, ekspor kopi spesialti pada tahun ini sama seperti tahun lalu. "Indonesia mengekspor sekitar 180.000 ton kopi spesialti pada 2012," kata Pranoto. Sekitar 150.000 ton kopi premium ini dihasilkan dari daerah Sumatera utara, sedangkan sisanya dari Jawa, Ende, Bali dan Sulawesi.Melihat intensitas curah hujan yang tinggi, Pranoto tidak berani memasang target optimis untuk pertumbuhan ekspor kopi spesialti. Soalnya dengan kondisi cuaca seperti ini, akan menjadi lebih sulit untuk menghasilkan kopi spesialti. Ia khawatir jika hujan terus turun, tidak mustahil produksi kopi spesilti bakal melorot hingga 10%. "Kalau ada plus minus sekitar 10% hingga 20%," katanya. Meski kopi spesialti dihargai lebih tinggi dari kopi biasa di pasar internasional, Pranoto bilang harga kopi spesialti saat ini turun hingga 30%. Tahun lalu, kopi spesialti dibanderol dengan harga US$ 8 hingga US$ 9 per kilogram (kg). "Sekarang hanya sekitar US$ 6 per kg," kata Pranoto. Meski harga kopi spesialti sedang turun, Helena Soegandhi, Direktur PT Glen Navis Gunung Terong, Banyuwangi berniat untuk mendaftarkan produk kopinya sebagai kopi spesialti. "Dengan demikian saya bisa mendapatkan keuntungan lebih karena kopi spesialti dihargai lebih mahal," kata Helena. Saat ini, Helena memiliki perkebunan kopi seluas 875 hektare di Kalibaru, Banyuwangi. Kebun seluas itu bisa menghasilkan kopi sekitar 300 sampai 500 ton per tahun.Untuk mendapatkan sertifikasi kopi spesialti, produsen kopi harus meminta seorang R-Grader atau Q-Grader untuk menilai mutu dan kualitas kopinya. R-Grader adalah penilai kopi spesialti robusta, sementara Q-Grader adalah penilai kopi spesialti arabika. Veronica Herlina, bendahara Asosiasi Kopi Spesialti Indonesia alias Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) masih optimis kopi spesialti akan terus tumbuh. "SCAI sudah mengadakan lelang kopi spesialti 2 kali dan selalu diminati buyer," kata dia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News