KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) menyoroti masih belum terintegrasinya rantai pasok industri sel surya di Indonesia. Ketua Umum AESI Fabby Tumiwa mengatakan, untuk sel surya umumnya membutuhkan bahan baku metal berupa tembaga, perak dan zinc. Sayangnya saat ini industri di Indonesia baru merupakan industri perakitan modul surya. "Dengan adanya industri sel surya maka bisa menyerap produk olahan tembaga," ungkap Fabby kepada Kontan, Senin (20/12). Fabby menjelaskan, selain untuk sel surya, tembaga juga dibutuhkan untuk industri kabel. Menurutnya, setiap 1 MW instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) membutuhkan tembaga mencapai 4 ton hingga 5 ton. Selain itu, tembaga turut diperlukan industri kendaraan listrik.
AESI Soroti Kondisi Rantai Pasok Industri Sel Surya
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) menyoroti masih belum terintegrasinya rantai pasok industri sel surya di Indonesia. Ketua Umum AESI Fabby Tumiwa mengatakan, untuk sel surya umumnya membutuhkan bahan baku metal berupa tembaga, perak dan zinc. Sayangnya saat ini industri di Indonesia baru merupakan industri perakitan modul surya. "Dengan adanya industri sel surya maka bisa menyerap produk olahan tembaga," ungkap Fabby kepada Kontan, Senin (20/12). Fabby menjelaskan, selain untuk sel surya, tembaga juga dibutuhkan untuk industri kabel. Menurutnya, setiap 1 MW instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) membutuhkan tembaga mencapai 4 ton hingga 5 ton. Selain itu, tembaga turut diperlukan industri kendaraan listrik.