KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aetra Air Jakarta merupakan perusahaan pengelola, operator, sekaligus pemeliharan sistem penyediaan air bersih dengan cakupan wilayah Jakarta Timur. Saat ini kapasitas produksi air bersih Aetra Air Jakarta sebesar 10.500 liter air per detik. Direktur Utama Aetra Air Jakarta Mohamad Selim menjelaskan kapasitas produksi itu berasal dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Buaran dengan kapasitas 6.100 liter/detik. “Dan IPA Pulo Gadung 4.400 liter per detik,” katanya kepada Kontan.co.id pada Minggu (28/10). Nah sepanjang beroperasi agar mencapai total kapasitas produksi 10.500 liter air per detik, Selim mengungkapkan investasi yang telah dikeluarkan PT Aetra Air Jakarta selama ini kira-kira mencapai Rp 2,3 triliun. Dengan nilai investasi yang sudah dikeluarkan itu, kini air bersih Aetra Air Jakarta telah mengalir ke 62% penduduk Jakarta Timur dari total penduduk yang diperkirakan sebanyak 4,5 juta. Adapun 38% sisanya belum terlayani oleh Aetra Air Jakarta. Bagi Selim, jumlah itu merupakan potensi besar dari segi bisnis Aetra Air Jakarta. Untuk bisa melayani penduduk Jakarta Timur yang belum terlayani, kata Selim, pihaknya harus menambah minimal 7.000 liter per detik lagi. Untuk menambah kapasitas itu, sebetulnya bisa saja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunjuk Aetra untuk menambah kapasitasnya di Buaran sebanyak 3.000 liter per detik. “Kami juga menunggu beroperasinya Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) Jatiluhur I,” tambahnya. Akan tetapi, mengingat kontrak beroperasi yang dimiliki Aetra hanya tersisa sampai 2023, rasanya Aetra akan berpikir ulang. Sebab, secara bisnis return of investment tidak tembus. Maklum, untuk bisnis penyediaan air bersih, pihak swasta tarif yang dikenakan ke masyarakat ditetapkan pemerintah. “Dan itu berlaku sampai masa beroperasi kita habis di 2023,” tambah Selim. Tapi, di sisa lima tahun ini, Aetra masih kerap agresif. Di tahun ini saja, perusahaan menganggarkan Rp 113 miliar untuk belanja modal. Dari jumlah itu, 85% belanja modal disalurkan untuk infrastruktur air baik pipa maupun water treatment. Alhasil setiap tahunnya, kata Selim, Aetra mampu menambah sekitar 10.000 sampai 12.000 tambahan penduduk yang dilayani. Adapun saat ini internal rate of return (IRR) Aetra Air Jakarta di kisaran 12,5%. Pada awal kesepakatan, pemerintah menetapkan IRR Aetra Air Jakarta maksimal 15%. “Tetapi karena bisnisnya kita tidak bisa menaikkan tarif, padahal ongkos operasi naik, UMR juga naik,” jelasnya. Ke depan Aetra masih menunggu penunjukkan pihaknya untuk jadi operator setelah masa kontraknya habis di 2023. Penunjukkan dapat dilakukan mengikuti ketentuan Peratura Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Aetra Air masih agresif memperluas jangkauan air bersih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aetra Air Jakarta merupakan perusahaan pengelola, operator, sekaligus pemeliharan sistem penyediaan air bersih dengan cakupan wilayah Jakarta Timur. Saat ini kapasitas produksi air bersih Aetra Air Jakarta sebesar 10.500 liter air per detik. Direktur Utama Aetra Air Jakarta Mohamad Selim menjelaskan kapasitas produksi itu berasal dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Buaran dengan kapasitas 6.100 liter/detik. “Dan IPA Pulo Gadung 4.400 liter per detik,” katanya kepada Kontan.co.id pada Minggu (28/10). Nah sepanjang beroperasi agar mencapai total kapasitas produksi 10.500 liter air per detik, Selim mengungkapkan investasi yang telah dikeluarkan PT Aetra Air Jakarta selama ini kira-kira mencapai Rp 2,3 triliun. Dengan nilai investasi yang sudah dikeluarkan itu, kini air bersih Aetra Air Jakarta telah mengalir ke 62% penduduk Jakarta Timur dari total penduduk yang diperkirakan sebanyak 4,5 juta. Adapun 38% sisanya belum terlayani oleh Aetra Air Jakarta. Bagi Selim, jumlah itu merupakan potensi besar dari segi bisnis Aetra Air Jakarta. Untuk bisa melayani penduduk Jakarta Timur yang belum terlayani, kata Selim, pihaknya harus menambah minimal 7.000 liter per detik lagi. Untuk menambah kapasitas itu, sebetulnya bisa saja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunjuk Aetra untuk menambah kapasitasnya di Buaran sebanyak 3.000 liter per detik. “Kami juga menunggu beroperasinya Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) Jatiluhur I,” tambahnya. Akan tetapi, mengingat kontrak beroperasi yang dimiliki Aetra hanya tersisa sampai 2023, rasanya Aetra akan berpikir ulang. Sebab, secara bisnis return of investment tidak tembus. Maklum, untuk bisnis penyediaan air bersih, pihak swasta tarif yang dikenakan ke masyarakat ditetapkan pemerintah. “Dan itu berlaku sampai masa beroperasi kita habis di 2023,” tambah Selim. Tapi, di sisa lima tahun ini, Aetra masih kerap agresif. Di tahun ini saja, perusahaan menganggarkan Rp 113 miliar untuk belanja modal. Dari jumlah itu, 85% belanja modal disalurkan untuk infrastruktur air baik pipa maupun water treatment. Alhasil setiap tahunnya, kata Selim, Aetra mampu menambah sekitar 10.000 sampai 12.000 tambahan penduduk yang dilayani. Adapun saat ini internal rate of return (IRR) Aetra Air Jakarta di kisaran 12,5%. Pada awal kesepakatan, pemerintah menetapkan IRR Aetra Air Jakarta maksimal 15%. “Tetapi karena bisnisnya kita tidak bisa menaikkan tarif, padahal ongkos operasi naik, UMR juga naik,” jelasnya. Ke depan Aetra masih menunggu penunjukkan pihaknya untuk jadi operator setelah masa kontraknya habis di 2023. Penunjukkan dapat dilakukan mengikuti ketentuan Peratura Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News