Afsel: Hentikan perang mata uang



JOHANNESBURG. Pemerintah Afrika Selatan mengimbau agar negara-negara dunia menghentikan perang mata uang dunia. Pasalnya, Afsel sulit mengendalikan laju rand yang belakangan mencapai level paling kuat dalam tiga tahun terakhir. Kondisi itu menyebabkan anjloknya ekspor dan tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK). Menurut Gubernur Bank Sentral Afrika Gill Marcus, negaranya tidak mampu untuk bertindak agresif. Padahal, Brazil, China, Turki, dan negara-negara emerging market lainnya telah bergerak cepat untuk melemahkan mata uangnya masing-masing. Menteri Keuangan Afsel Pravin Gordhan mengusulkan untuk melakukan respon global dengan berkoordinasi antarnegara. Namun, sepertinya usul itu belum mendapatkan perhatian dari negara dunia. Asal tahu saja, bank sentral Afsel sudah berupaya keras untuk menahan laju rand yang saat ini penguatannya sudah mencapai 37% terhadap dolar sejak awal 2009. Bahkan, rand menjadi mata uang dengan performa terbaik kedua di antara emerging market setelah real Brazil.Menurut Badan Moneter International (IMF), untuk menjaga agar rand tidak terus menguat, Afsel harus memberikan pemangkasan pajak bagi pengusaha manufaktur. Apalagi saat ini tingkat pengangguran sudah mencapai 25%. "Risikonya, mereka akan tertinggal dengan banyaknya negara emerging market yang saling melindungi mata uangnya. Itu sebabnya Afsel harus bergerak agar bisa tetap eksis," kata Peter Attard Montalto, ekonom Nomura International Plc di London.


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie